kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Perundingan Gagal Capai Kesepakatan Genjatan Senjata, Ukraina Galang Dukungan Barat


Sabtu, 17 Mei 2025 / 01:19 WIB
Perundingan Gagal Capai Kesepakatan Genjatan Senjata, Ukraina Galang Dukungan Barat
ILUSTRASI. Ukraine's President Volodymyr Zelenskiy attends a joint press conference with European Council President Antonio Costa (not pictured), amid Russia's attack on Ukraine, in Kyiv, Ukraine, December 1, 2024. REUTERS/Alina Smutko 


Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - ANKARA. Perundingan antara Rusia dan Ukraina gagal mencapai kesepakatan untuk menghentikan perang atau genjatan senjata.

Karenanya, Ukraina bergerak cepat menggalang dukungan dari negara-negara Barat setelah pertemuan langsung pertamanya dengan Rusia dalam lebih dari tiga tahun gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata. Pertemuan yang berlangsung kurang dari dua jam di sebuah istana di Istanbul itu menandai upaya terbaru meredakan konflik bersenjata terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Baca Juga: Rusia dan Ukraina Sepakat Gencatan Senjata di Laut Hitam

Di bawah tekanan dari Presiden AS Donald Trump, delegasi Ukraina dan Rusia duduk bersama untuk pertama kalinya sejak Maret 2022, satu bulan setelah Rusia memulai invasinya ke Ukraina. Meski kedua belah pihak sepakat untuk menukar 1.000 tahanan perang—pertukaran terbesar sejauh ini—tidak ada kemajuan berarti dalam upaya menghentikan pertempuran.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy segera menghubungi Trump serta para pemimpin Prancis, Jerman, dan Polandia usai pembicaraan untuk menyerukan sanksi lebih keras terhadap Moskow, jika Rusia menolak usulan gencatan senjata 30 hari yang diajukan oleh Trump.

"Permintaan Rusia sangat tidak realistis dan jauh melampaui apa pun yang pernah dibahas sebelumnya," ujar seorang sumber dari delegasi Ukraina kepada Reuters. Rusia, menurutnya, menuntut Ukraina mundur dari wilayahnya sendiri sebagai syarat gencatan senjata—tuntutan yang dinilai tidak dapat diterima dan tidak membangun.

Baca Juga: The Times: Inggris Batal Kirimkan Pasukan ke Ukraina

Sikap Moskow juga dikecam oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer yang menyebut posisi Rusia "jelas tidak dapat diterima". Uni Eropa pun mulai menyiapkan paket sanksi terbaru terhadap Rusia, seperti disampaikan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Negosiator utama Rusia, Vladimir Medinsky, menyatakan bahwa pihaknya siap melanjutkan dialog, dan telah mencatat permintaan Ukraina untuk mengadakan pembicaraan langsung antara Presiden Zelenskiy dan Presiden Vladimir Putin. Namun, meski Putin sempat mengusulkan pertemuan, ia menolak tantangan Zelenskiy untuk bertatap muka di Istanbul.

“Kami telah sepakat untuk menyusun visi masing-masing mengenai kemungkinan gencatan senjata, dan setelah itu kami akan melanjutkan negosiasi,” ujar Medinsky.

Meski begitu, perbedaan mendasar tetap terlihat jelas. Ukraina menuntut gencatan senjata segera agar dialog politik dapat berlangsung, sementara Rusia justru meminta negosiasi lebih lanjut sebelum menyetujui penghentian tembakan.

“Kalau ingin negosiasi yang serius, senjata harus dibungkam dulu,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Heorhii Tykhyi.

Sementara itu, Zelenskiy menegaskan bahwa prioritas utama Ukraina adalah “gencatan senjata yang penuh, tanpa syarat, dan jujur” guna menghentikan pertumpahan darah dan membuka jalan bagi diplomasi.

Namun skeptisisme tetap tinggi. Rusia menuduh Ukraina ingin menggunakan jeda untuk memobilisasi pasukan dan menerima lebih banyak bantuan senjata dari Barat. Sebaliknya, Ukraina dan sekutunya menilai Moskow hanya ingin membeli waktu dan tidak serius mengakhiri perang.

Tonton: Presiden Putin dan PM Anwar Ibrahim Bercanda Istri Kedua, Saat NATO Sibuk Urusi Ukraina

Di tengah upaya diplomasi, pertempuran di medan perang terus berlanjut. Rusia mengklaim telah merebut satu desa lagi dalam serangan lambat mereka di wilayah timur Ukraina. Tak lama sebelum pertemuan di Istanbul dimulai, terdengar ledakan di kota Dnipro, Ukraina.

Dengan pasukan Rusia masih menguasai hampir 20% wilayah Ukraina, tuntutan Putin tetap tidak berubah: Ukraina harus menyerahkan wilayah, menghentikan ambisi bergabung dengan NATO, dan menjadi negara netral—semua syarat yang dianggap Kyiv sebagai bentuk penyerahan total.



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×