Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak musim panas 2025, Rusia melancarkan gelombang serangan besar terhadap jalur kereta api Ukraina dengan menggunakan drone jarak jauh. Menurut CEO Ukrzaliznytsia (perusahaan kereta api negara Ukraina), Oleksandr Pertsovskyi, serangan ini terutama menyasar infrastruktur sipil.
“Tujuan pertama mereka adalah menebar kepanikan di kalangan penumpang, tujuan kedua adalah melumpuhkan perekonomian,” kata Pertsovskyi dalam wawancara di stasiun pusat Kyiv. Ia menegaskan bahwa tidak ada indikasi fokus serangan terhadap kargo militer.
Intensitas Serangan Meningkat
Ukrzaliznytsia, yang mempekerjakan 170.000 orang, telah menjadi target sejak invasi Rusia dimulai pada Februari 2022. Namun, beberapa bulan terakhir, intensitas serangan meningkat tajam, menimbulkan keterlambatan perjalanan reguler.
Sejak awal perang, jaringan kereta api berfungsi sebagai jalur utama mobilitas penduduk dan satu-satunya sarana transportasi internasional, karena semua penerbangan sipil dihentikan. Bahkan, sejumlah pemimpin dunia seperti Emmanuel Macron, Narendra Modi, dan Joe Biden tiba di Ukraina dengan kereta api.
Baca Juga: Serangan Drone Ukraina Picu Krisis Bahan Bakar di Rusia
Kereta malam dengan gerbong tidur populer di Ukraina karena dianggap nyaman dan tepat waktu. Namun, serangan terbaru menyebabkan penundaan hingga berjam-jam.
Taktik Baru: Drone Hantam Lokomotif
Menurut Pertsovskyi, Rusia kini memproduksi cukup banyak drone kamikaze Shahed sehingga bisa digunakan untuk menyerang lokomotif individu, bukan hanya target strategis.
“Dulu mereka tidak punya sumber daya untuk menggunakan satu drone hanya demi memburu satu lokomotif. Sekarang mereka bisa melakukannya,” jelasnya.
Sejak pertengahan musim panas, rata-rata enam hingga tujuh Shahed diluncurkan hampir setiap malam ke arah substasiun listrik kereta api dan simpul-simpul infrastruktur penting.
Pemulihan Cepat, tapi Biayanya Tinggi
Meski dihantam serangan berulang, jaringan kereta Ukraina masih mampu pulih. Gangguan perjalanan biasanya berlangsung 6–12 jam, dengan pergantian lokomotif listrik ke diesel sementara.
Namun, biaya operasional meningkat tajam. Lokomotif diesel lima kali lebih mahal per kilometer dibandingkan lokomotif listrik. Hal ini memperburuk kondisi keuangan Ukrzaliznytsia yang sudah terpukul akibat penurunan volume kargo komersial selama perang.
Baca Juga: Senilai Rp 4.150 Triliun, Apa Saja dan di Mana Aset Rusia yang Dibekukan Barat?
Bank Dunia memperkirakan sekitar 30% jalur kereta Ukraina saat ini berada dalam siklus “rusak-perbaikan”. Beberapa jembatan bahkan telah berkali-kali dihantam dan diperbaiki kembali.
Sabotase Ikut Mengancam
Selain serangan udara, jaringan kereta api juga menghadapi sabotase dari agen Rusia di Ukraina. Dinas keamanan Ukraina secara rutin mengumumkan penangkapan pelaku yang diduga merencanakan peledakan di titik-titik rawan.
Meski skalanya lebih kecil dibanding serangan udara, aksi sabotase meningkat dengan puluhan kasus tercatat pada tahun ini.
Pertsovskyi menegaskan bahwa perusahaan akan terus memperbaiki kerusakan secepat mungkin.
“Ini maraton. Mereka menyerang, kami pulihkan. Mereka menyerang lagi, kami pulihkan,” ujarnya. Ia menambahkan, bila Ukraina memperlambat pemulihan, musuh justru akan semakin bersemangat menghancurkan.