Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Lamgiat Siringoringo
Beberapa kejadian tersebut pun menunjukkan bahwa kurangnya pengawasan dari Binance sendiri terkait aktivitas kripto ilegal. Meskipun, saat ini mereka telah membuat tim forensik untuk meningkatkan hal tersebut.
Jika ditarik ke belakang, wajar saja jika pengawasan terkait transaksi ilegal di Binance tak begitu ketat. Sebab, CEO Binance Changpeng Zhao atau dikenal CZ pada awal-awal membangun Binance di 2017 hanya fokus pada memastikan Binance mengambil alih pertukaran mata uang kripto yang lebih besar dan menangkis persaingan dari saingan yang lebih kecil.
"Lakukan segalanya untuk meningkatkan pangsa pasar kami, dan tidak ada yang lain. Laba, pendapatan, kenyamanan, dll, semuanya ada di urutan kedua." tulis Zhao kala itu.
Ditambah, Binance telah mengizinkan para pedagang di platformnya untuk membeli dan menjual koin yang disebut Monero, mata uang kripto yang menawarkan anonimitas kepada pengguna yang mengaburkan alamat digital pengirim dan penerima.
Monero terbukti populer di kalangan pengguna Binance. Pada akhir Mei lalu, Binance memproses perdagangan Monero senilai sekitar $50 juta sehari, jauh lebih banyak daripada pertukaran lainnya, menurut data dari situs web CoinMarketCap.
Lembaga penegak hukum di Eropa dan Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa anonimitas Monero menjadikannya alat yang potensial untuk pencucian uang. Departemen Kehakiman AS, dalam sebuah laporan tahun 2020, mengatakan pihaknya menganggap penggunaan cryptocurrency yang ditingkatkan anonimitas seperti Monero berisiko tinggi yang mengindikasikan kemungkinan tindakan kriminal.
Meskipun demikian, Binance pun saat ini terus menyelidiki semua tuduhan pelanggaran di platformnya dan mengambil tindakan yang tepat jika penyelidiknya mengungkap kesalahan.