kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,36   2,61   0.29%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed Mengerek Harga Minyak Dunia, WTI ke US$76,50


Kamis, 01 Februari 2024 / 19:37 WIB
Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed Mengerek Harga Minyak Dunia, WTI ke US$76,50
ILUSTRASI. Harga minyak mentah


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik tipis pada hari Kamis (1/2), didorong oleh sinyal The Fed tentang kemungkinan dimulainya penurunan suku bunga.

Meski ada dampak terbatas terhadap harga setelah dua sumber OPEC+ mengatakan bahwa pertemuan kelompok negara-negara penghasil minyak pada hari Kamis – termasuk Arab Saudi, Rusia dan sekutunya – tidak memasukkan perubahan kebijakan produksi dalam agendanya.

Harga minyak mentah Brent naik 68 sen menjadi US$81,23 per barel pada 1140 GMT. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 65 sen menjadi US$76,50.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Rebound Kamis (1/2), Brent ke US$81,13 dan WTI ke US$76,44

OPEC+ harus segera memutuskan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) yang diumumkan November lalu setelah bulan Maret.

Ketua The Fed Jerome Powell pada hari Rabu mengatakan, suku bunga telah mencapai puncaknya dan akan turun dalam beberapa bulan mendatang, dengan inflasi yang terus turun dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Suku bunga yang lebih rendah dan pertumbuhan ekonomi membantu permintaan minyak.

Namun, Powell menolak menjanjikan bahwa penurunan suku bunga akan dilakukan paling cepat pada pertemuan The Fed pada 19-20 Maret, seperti yang diharapkan para investor.

China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, mengungkapkan langkah-langkah dukungan baru untuk membantu mengurangi dampak dari likuidasi pengembang properti Evergrande.

Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melemah Terseret Perekonomian China dan Kenaikan Stok Minyak AS

Analis di JPMorgan mengatakan mereka memperkirakan, China akan tetap menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2024.2.1

Di mana memperkirakan bahwa permintaan China akan tumbuh sebesar 530.000 barel per hari (bpd), setelah melonjak sebesar 1,2 juta barel per hari pada tahun lalu.

“Selain geopolitik, pandangan kami tetap bahwa tahun 2024 pada dasarnya akan menjadi tahun yang sehat bagi pasar minyak dan kami merekomendasikan penggunaan aksi jual pada bulan Desember sebagai peluang pembelian,” kata JPMorgan dalam catatan kliennya.

Di tengah berita ekonomi yang lebih baik, penurunan di sektor manufaktur Jerman mereda pada bulan Januari, sebuah survei menunjukkan pada hari Kamis.

Di Timur Tengah, kekhawatiran atas serangan pasukan Houthi yang berbasis di Yaman terhadap pelayaran di Laut Merah meningkatkan biaya dan mengganggu perdagangan minyak global.

Baca Juga: Ketegangan Geopolitik Berportensi Membuat Tren Kenaikan Harga Minyak Dunia

Kelompok Houthi juga mengatakan akan terus melakukan serangan terhadap kapal perang AS dan Inggris dalam apa yang mereka sebut sebagai tindakan membela diri.

“Pasar energi masih gelisah karena menunggu tanggapan AS terhadap serangan pesawat tak berawak terhadap pasukan Amerika di Yordania,” kata ANZ Research dalam sebuah catatan.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×