Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Miliarder keuangan George Soros mengingatkan akan kemungkinan terjadinya krisis pasar finansial. Peringatan ini menyusul dihentikannya transaksi perdagangan pada pasar saham China sebanyak dua kali pada pekan ini.
Berbicara oada forum ekonomi di ibukota Sri Lanka, Colombo, dia mengatakan, saat ini China tengah berupaya untuk menemukan model pertumbuhan ekonomi baru. Langkah China dalam mendevaluasi mata uangnya menimbulkan masalah baru ke seluruh penjuru dunia.
Dia menambahkan, diberlakukannya kembali kebijakan kenaikan suku bunga AS akan menyebabkan guncangan-guncangan di negara berkembang.
Kondisi perekonomian saat ini, lanjut Soros, mengingatkan dirinya akan krisis di 2008 lalu.
"China memiliki peran besar dalam masalah itu. Saya mengatakan ini akan menjadi sebuah krisis," katanya.
Sekadar mengingatkan, CSI 300 China merosot lebih dari 7% pada pembukaan transaksi Kamis (7/1). Hal ini memicu pengaktifan circuit breakers. Kondisi ini menjalar ke pasar saham Asia, Eropa, hingga Amerika.
Di mata sejumlah analis, China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar dunia selama 30 tahun, saat ini tengah terguncang. Anjloknya pasar saham menjadi salah satu masalah yang tengah dihadapi oleh pemerintah China.
Selain itu, data-data ekonomi China beberapa waktu terakhir masih mengecewakan. Kondisi ini terjadi seiring perubahan fokus ekonomi China dari basis manufaktur menjadi basis konsumsi.
Analis juga mencemaskan langkah yang diambil otoritas bursa China yang tidak tanggap terhadap pergerakan pasar, meskipun circuit breakers diberlakukan.
Sebenarnya, dalam upaya untuk menstabilisasi pasar, otoritas bursa China memang sudah mengeluarkan sejumlah peraturan baru. Salah satunya, melarang penjualan saham oleh pemegang saham mayoritas di perusahaan tercatat.