Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Indeks S&P 500 tergelincir ke bawah level teknikal kunci, memicu kekhawatiran potensi koreksi lebih dalam di pasar saham.
Riset LPL Financial pada Selasa (18/11/2025) menunjukkan bahwa penurunan indeks acuan tersebut di bawah moving average (MA) 50 hari menambah tekanan terhadap saham, di tengah aksi lepas kepemilikan pada sektor teknologi dan AI secara global.
Baca Juga: The Fed Tegaskan ‘Perubahan Signifikan’ dalam Pengawasan Perbankan
S&P 500 ditutup di bawah MA 50 hari pada Senin (17/11/2025) untuk pertama kalinya sejak April, mengakhiri tren penguatan terpanjang sejak 2007 dan keenam terpanjang dalam 75 tahun terakhir, menurut LPL.
Meski penembusan ini secara historis bukan sinyal pelemahan berkepanjangan, LPL mencatat sejumlah indikator jangka pendek telah berubah lebih negatif.
Sektor-sektor defensif mulai memimpin pasar untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan. Lebar pasar juga melemah, dengan hanya 51% konstituen S&P 500 yang masih diperdagangkan di atas MA 200 hari.
Baca Juga: Gangguan Cloudflare Mereda Setelah Berdampak pada Ribuan Pengguna Internet
Perkembangan ini mencerminkan tajamnya aksi jual terbaru, yang terjadi pada periode yang biasanya menjadi bulan positif bagi saham.
Pelaku pasar kini berharap laporan kinerja NVIDIA yang akan dirilis Rabu dapat meredakan tekanan tersebut. Saham perusahaan itu diperdagangkan 10% di bawah rekor tertingginya.
Sejumlah pimpinan bisnis dan analis memperingatkan pasar berpotensi mengalami koreksi dalam satu hingga dua tahun ke depan, seiring valuasi yang dinilai semakin sulit dibenarkan akibat euforia kecerdasan buatan.
Moving average digunakan untuk meratakan pergerakan harga harian dan membaca momentum pasar.
Baca Juga: Bitcoin Anjlok di Bawah US$90.000, Investor Mulai Jauhi Aset Berisiko
Penurunan indeks di bawah level populer seperti MA 50 hari kerap dipandang sebagai sinyal momentum mulai melemah.
Meski demikian, LPL menilai prospek jangka panjang saham tetap konstruktif, ditopang oleh laporan kinerja emiten yang solid, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, serta kebijakan “One Big Beautiful Act” Presiden Donald Trump.













