Sumber: Telegraph,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Vladimir Putin tampaknya sedang menikmati hasil dari strategi jangka panjangnya. Meski ekonomi Rusia dihantam gelombang sanksi akibat perang di Ukraina, negeri Beruang Merah ini justru diuntungkan oleh satu aset utama: emas.
Dari Penimbun Jadi Pemenang
Mengutip The Telegraph, sejak 2006, bank sentral Rusia beralih dari penjual emas menjadi pembeli aktif. Langkah ini bagian dari strategi membangun “fortress Russia” — ekonomi yang tahan terhadap guncangan dan sanksi internasional. Kini, cadangan emas Rusia mencapai 2.326,5 ton, menjadikannya salah satu yang terbesar di dunia.
Keputusan itu terbukti jitu. Harga emas melesat menembus US$ 4.000 per ounce untuk pertama kalinya, naik lebih dari 50% sejak awal tahun. Nilai total emas Rusia kini menembus US$ 302 miliar atau sekitar Rp 5.000 triliun (kurs Rp 16.500).
Krisis Dunia, Rezeki Rusia
Kenaikan harga emas didorong oleh kekhawatiran investor global terhadap gelembung saham AI, potensi shutdown pemerintah AS, hingga pengunduran diri Perdana Menteri Prancis Sébastien Lecornu.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, harga emas global telah naik 111%, menjadi aset safe haven paling dicari saat dunia dilanda ketidakpastian.
Ewa Manthey, analis komoditas ING, menyebut kenaikan ini sebagai “rally historis” yang didorong konflik di Timur Tengah dan Ukraina. Sentimen beli juga diperkuat oleh lonjakan permintaan emas dari bank sentral dan investor ritel melalui ETF.
Baca Juga: Harga Emas Melemah Usai Rekor, Perak Turut Terkoreksi dari Puncaknya
Emas Jadi Tumpuan Baru Dunia
Bank-bank sentral di berbagai negara kini memperbanyak emas sebagai lindung nilai terhadap utang global yang membengkak, pelemahan dolar AS, dan risiko fiskal. Chris Weston dari Pepperstone menilai emas kini menjadi simbol “kepercayaan terhadap kehati-hatian fiskal global”.
Dengan suku bunga global mulai turun, emas semakin menarik. Penurunan suku bunga AS membuat dolar melemah, sehingga emas jadi lebih murah bagi pembeli non-dolar.
Tai Wong, analis logam independen, bahkan memperkirakan harga emas akan terus naik:
“Pasar kini mengincar level psikologis US$5.000 per ounce. Selama utang global meningkat dan dolar melemah, tren ini sulit dibalik,” ujarnya.
Rusia Bukan Satu-satunya
Selain Rusia, China juga gencar menambah cadangan emas dan kini menjadi pemegang ketujuh terbesar di dunia. Sementara itu, Amerika Serikat masih di puncak dengan 8.133 ton emas, kini bernilai lebih dari US$1 triliun — rekor pertama dalam sejarah.
Namun tidak semua negara seberuntung Rusia. Cadangan emas Inggris misalnya, hanya 310 ton. Nilainya bisa jauh lebih besar andai mantan Menteri Keuangan Gordon Brown tidak menjual separuhnya pada 1999.
Akankah Emas Terus Bersinar?
Reuters melaporkan, Goldman Sachs memproyeksikan harga emas bisa mencapai US$ 4.900 per ounce pada akhir 2026, didorong permintaan dari negara berkembang. Namun analis lain memperingatkan bahwa harga emas saat ini sudah “terlalu mahal” dibanding aset lain seperti obligasi dan minyak.
“Emas menarik saat ketidakpastian tinggi, tapi sebagian besar faktor pendukungnya sudah tercermin di harga,” kata Joost van Leenders dari Van Lanschot Kempen.
Tonton: Harga Emas Antam Kembali Menguat Hari Ini (9 Oktober 2025)
Bagi Putin, apapun yang terjadi di pasar, cadangan emas raksasanya tetap menjadi senjata ekonomi ampuh. Selama harga tidak anjlok drastis, Kremlin tetap punya ratusan miliar dolar dalam bentuk emas — pelindung terakhir di tengah badai geopolitik dunia.