Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan manajemen aset kripto Strategy akan mempertimbangkan penjualan Bitcoin hanya jika harga saham perusahaan jatuh di bawah nilai aset bersih (NAV) dan akses terhadap pendanaan baru tertutup, menurut CEO Phong Le dalam sebuah wawancara terbaru.
Berbicara dalam acara What Bitcoin Did, Le menegaskan bahwa jika multiple to net asset value (mNAV) berada di bawah satu dan perusahaan tidak bisa lagi menggalang modal, maka menjual Bitcoin menjadi langkah yang “matematis” dibenarkan untuk melindungi “Bitcoin yield per share”.
“Saya tidak ingin menjadi perusahaan yang menjual Bitcoin,” ujar Le.
“Namun pada kondisi pasar yang hostile, disiplin finansial harus mengalahkan emosi,” tambahnya.
Baca Juga: Bitcoin Berisiko Jatuh ke US$50.000 pada Desember 2025, Ini Pemicunya
Le menegaskan keputusan semacam itu akan menjadi opsi terakhir, bukan perubahan strategi perusahaan.
Model Bisnis Strategy: Terbitkan Saham Saat Premi Tinggi, Beli Bitcoin
Model Strategy bergantung pada penggalangan modal baru ketika saham diperdagangkan dengan premi terhadap NAV. Modal tersebut kemudian digunakan untuk membeli Bitcoin (BTC), meningkatkan jumlah BTC per saham.
Namun, ketika premi menghilang, penerbitan saham baru dapat menjadi terlalu dilutif, sehingga menjual sebagian Bitcoin dianggap lebih adil bagi pemegang saham.
Saat artikel ditulis, Bitcoin diperdagangkan di level US$86.982.
Strategy Dihadapkan Tagihan Dividen US$800 Juta per Tahun
Peringatan ini muncul ketika investor mengawasi beban pembayaran tetap perusahaan terkait penerbitan saham preferen pada tahun ini. Le memperkirakan kewajiban tahunan mencapai US$750 juta hingga US$800 juta seiring jatuh tempo instrumen tersebut.
Le berencana menutup dividen terutama dari ekuitas yang diterbitkan saat mNAV premium.
“Setiap kali kami membayar dividen, bahkan di pasar bearish, itu membangun kepercayaan. Ketika pasar melihat itu, valuasi saham mulai naik,” jelasnya.
CEO: Bitcoin Aset Langka dan Bersifat Global
Di luar persoalan neraca keuangan, Le tetap membela tesis jangka panjang Bitcoin sebagai aset langka, non-kedaulatan, dan bernilai global.
Baca Juga: Harga Bitcoin Anjlok! Apa yang Sebenarnya Sedang Terjadi?
“Bitcoin bersifat non-sovereign, memiliki pasokan terbatas… orang di Australia, AS, Ukraina, Turki, Argentina, Vietnam, dan Korea Selatan semuanya menyukai Bitcoin,” katanya.
Strategy Luncurkan Dashboard “BTC Credit” untuk Redam Kekhawatiran
Minggu lalu, Strategy memperkenalkan dashboard “BTC Credit” untuk meyakinkan investor di tengah koreksi harga Bitcoin dan aksi jual saham-saham treasury kripto.
Sebagai pemegang korporasi Bitcoin terbesar di dunia, perusahaan mengklaim memiliki kapasitas pembayaran dividen puluhan tahun, bahkan apabila harga Bitcoin tetap stagnan.
Strategy juga mengklaim utangnya masih terlindungi dengan baik jika harga BTC turun ke rata-rata pembelian US$74.000, dan masih dapat dikelola bahkan jika harga turun hingga US$25.000.













