kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Studi terbaru: 2 dosis vaksin Pfizer tetap efektif lawan varian Delta selama 6 bulan


Selasa, 05 Oktober 2021 / 14:36 WIB
Studi terbaru: 2 dosis vaksin Pfizer tetap efektif lawan varian Delta selama 6 bulan
ILUSTRASI. Setelah jangka waktu tiga sampai empat bulan, sebanyak 73% orang yang divaksinasi lengkap dengan vaksin Pfizer terlindungi dari infeksi COVID-19. REUTERS/Marcelo del Pozo.


Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Dua dosis vaksin buatan Pfizer tetap sangat efektif melawan COVID-19 yang parah, termasuk varian Delta, selama setidaknya enam bulan, studi terbaru yang rilis Senin (4/10) menunjukkan.

Sementara data sebelumnya dari uji klinis memperlihatkan, vaksin Pfizer mencegah pasien COVID-19 menjalani rawat inap. Penelitian yang terbit di jurnal Lancet mengukur efektivitas vaksin dari waktu ke waktu.

Mengutip Channel News Asia, Pfizer dan penyedia layanan kesehatan Kaiser Permanente melihat catatan dari 3,4 juta penduduk California Selatan, AS, dengan sekitar sepertiga di antaranya mendapat vaksinasi penuh antara Desember 2020 dan Agustus 2021.

Setelah jangka waktu tiga sampai empat bulan, sebanyak 73% orang yang divaksinasi lengkap terlindungi dari infeksi dan 90% yang terinfeksi tidak menjalani rawat inap.

Baca Juga: Studi baru: 2 dosis vaksin COVID-19 kurang efektif bagi orang dengan kekebalan lemah

Tapi, perlindungan terhadap infeksi dari varian Delta turun 40% selama lima bulan. Dan, perlindungan terhadap rawat inap yang melibatkan kasus dari semua varian tetap sangat tinggi selama penelitian.

Hasilnya, penelitian tersebut konsisten dengan data awal dari otoritas kesehatan AS dan Israel.

"Berkurangnya perlindungan terhadap infeksi kemungkinan terutama disebabkan oleh berkurangnya efektivitas vaksin dari varian Delta yang lolos dari perlindungan vaksin," kata para penulis penelitian itu.

"Temuan kami menggarisbawahi pentingnya pemantauan efektivitas vaksin dari waktu ke waktu dan menyarankan dosis booster mungkin diperlukan untuk mengembalikan jumlah perlindungan awal yang tinggi yang diamati di awal program vaksinasi," ujar mereka.

Selanjutnya: Harus tetap waspada, varian Mu COVID-19 lebih menular dan mematikan



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×