Sumber: Kompas.com | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Vietnam longgarkan aturan social distancing mulai Kamis (24/4), setelah berhasil secara nyata dalam meredam Covid-19.
Dilansir dari AFP, para ahli menunjuk tanggapan tegas yang meliputi karantina massal dan pelacakan kontak yang ekspansif, menjadi kunci mengendalikan corona di Vietnam.
Meski berbatasan langsung dengan China, Vietnam hanya mencatatkan 268 kasus virus corona dan tanpa korban meninggal, menurut penghitungan resmi yang dikutip AFP.
Baca Juga: Makin terkendali, Korea Selatan umumkan 10 kasus virus corona baru dan nol kematian
Meski angka pengujian Covid-19 di Vietnam relatif rendah dan para ahli memperingatkan Kementerian Kesehatan pemerintah yang otoriter adalah satu-satunya sumber data, mereka juga percaya tidak banyak alasan untuk tidak mempercayai pemerintah Vietnam.
Vietnam merupakan salah satu negara pertama yang melarang penerbangan dari dan ke China pada awal Februari, ketika negara itu baru memiliki lebih dari selusin kasus.
Kemudian cara Vietnam tangani Covid-19 berikutnya adalah desa-desa dengan 10.000 penduduk yang dekat dengan ibu kota Hanoi ditempatkan dalam karantina.
Ada juga pelacakan kontak yang agresif. Seorang warga Hanoi berusia 72 tahun menggambarkan bagaimana ia dan tim di masyarakatnya ditugaskan untuk menangani kasus-kasus yang dicurigai.
"Kami mendatangi setiap gang, mengetuk setiap pintu," kata Nguyen Trinh Thang kepada AFP. "Kami mengikuti panduan dari pemerintah kami bahwa 'memerangi pandemi seperti memerangi musuh kami'."
Keberhasilan Vietnam dalam meyakinkan masyarakat untuk bekerja sama telah menjadi kunci, menurut Takeshi Kasai Direktur Regional Organisasi Kesehatan Pasifik Barat.
Baca Juga: Bertambah, jumlah awak kapal Costa Atlantica yang positif corona jadi 150 orang
"Mereka benar-benar melakukan bagian mereka," katanya pada awal pekan ini seraya menambahkan dia percaya sekitar 80.000 orang mematuhi karantina.
"Saya pikir itulah alasan mengapa mereka dapat terus menjaga jumlah (kasus) kecil." Sekarang hampir tidak ada penerbangan internasional yang tiba di Vietnam, dan negara itu telah di-lockdown sebagian sejak awal April.
Jalanan di Hanoi - yang biasanya dibanjiri dengan sepeda motor, turis, dan pedagang - kini sangat sepi, kecuali antrean yang terlihat di ATM beras.
Kontrol ketat tampaknya telah membuahkan hasil. Setelah melaporkan tidak ada infeksi baru untuk hari keenam secara beruntun pada Rabu (22/4), pemerintah mengatakan beberapa toko dan layanan akan diizinkan buka lagi.
Pada Kamis (23/4), beberapa kafe di ibu kota kembali beroperasi meski jalan-jalan masih cukup sepi. Beberapa sekolah di Vietnam juga akan dibuka lagi minggu depan.
Di seluruh Eropa dan Amerika Serikat (AS), pemerintah daerah masih berjuang menjaga warganya tetap di rumah, tetapi orang-orang masih berdatangan ke pantai dan domonstran menolak mematuhi perintah lockdown.
Baca Juga: Korban tewas Covid-19 tembus 51.000, sejumlah negara bagian AS kembali membuka bisnis
Sebaliknya, Komunis Vietnam telah menempatkan puluhan ribu warganya dalam karantina, termasuk warganya dari luar negeri yang kembali ke rumah, di kamp-kamp bergaya militer di seluruh negeri.
Vu Thi Nhung dan putranya menghabiskan dua minggu tidur di ranjang susun asrama tanpa kasur, di sebuah kamp di Hanoi setelah kembali dari Jerman pada Maret. Makan 3 kali sehari diletakkan di luar kamar mereka oleh tentara.
"Anda tidak dapat membandingkannya dengan berada di rumah, tetapi mengingat Vietnam dan situasi ekonominya saat pandemi, ini melampaui harapan saya," kata perempuan itu ke jurnalis AFP.
Negara tetangga Thailand yang melaporkan kasus pertama di luar China pada pertengahan Januari, juga mengalami penurunan jumlah kasus baru dalam sepekan terakhir, dengan dokter memuji pembatasan pemerintah seperti jam malam.
Di Kamboja, jumlah kasus tetap tidak berubah dari 122 selama lebih dari seminggu, sedangkan kasus di Laos tetap 19. Akan tetapi Oupass Putcharoen kepala Klinik Penyakit Menular Darurat Rumah Sakit Chulalongkorn di Thailand mengatakan, minimnya jumlah kasus di negara-negara tetangganya bisa jadi karena "tingkat pengujian yang rendah".
Sejauh ini telah ada lebih dari 142.000 tes Covid-19 di Thailand, 9.000 tes Covid-19 di Kamboja, dan 180.000 tes Covid-19 di Vietnam untuk 96 juta warganya.
Pakar Vietnam Carl Thayer seorang profesor emeritus di Universitas New South Wales Australia mengatakan, jumlah kasus Vietnam harus ditanggapi dengan hati-hati karena Hanoi dapat menghukum siapa pun yang membantahnya.
Namun ia menganalogikan, "Ada terlalu banyak orang dari luar negeri, terlalu banyak orang dengan ponsel, terlalu banyak orang di internet (untuk ditutup-tutupi)," pungkas dia. (Aditya Jaya Iswara)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sukses Redam Covid-19 Tanpa Kematian, Vietnam Longgarkan Social Distancing".