Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (The US Federal Reserve/The Fed) telah memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali sepanjang 2025, mayoritas dilakukan pada kuartal terakhir tahun ini.
Kebijakan tersebut diambil seiring kenaikan tingkat pengangguran serta inflasi yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan lebih jelas.
Namun, respons pasar kripto justru bergerak berlawanan dengan ekspektasi. Alih-alih menguat seiring kebijakan moneter yang lebih longgar, Bitcoin (BTC), Ether (ETH), dan mayoritas altcoin mengalami tekanan jual. Total kapitalisasi pasar kripto anjlok lebih dari US$1,45 triliun dari rekor tertingginya pada Oktober lalu.
Baca Juga: 4 Faktor yang Menekan Harga Bitcoin di Akhir 2025 dan Prospeknya Menuju 2026
Lantas, bagaimana arah kebijakan The Fed hingga Maret 2026, dan apa dampaknya bagi pasar kripto secara keseluruhan?
Bitcoin dan Ethereum Berpotensi Turun Lebih Dalam Jika The Fed Tahan Suku Bunga
Meski telah memberikan tiga kali pemangkasan suku bunga masing-masing 0,25%, mayoritas pejabat The Fed masih menekankan risiko inflasi dan pendekatan data dependent, tanpa memberikan sinyal jelas terkait pelonggaran lanjutan.
Presiden The Fed New York, John Williams, menegaskan bahwa saat ini belum ada urgensi untuk kembali mengubah kebijakan moneter.
“Saya pribadi tidak melihat adanya urgensi untuk bertindak lebih jauh dalam kebijakan moneter saat ini, karena pemangkasan yang sudah kami lakukan telah memposisikan ekonomi dengan cukup baik,” ujar Williams pada Jumat lalu.
“Saya ingin melihat inflasi turun ke level 2% tanpa menimbulkan dampak berlebihan pada pasar tenaga kerja. Ini adalah upaya menjaga keseimbangan,” tambahnya.
Baca Juga: IMF: El Salvador Sedang Negosiasi Jual Dompet Bitcoin Negara Chivo
Dengan inflasi AS (CPI) November berada di level 2,63%, peluang pemangkasan suku bunga pada kuartal I 2026 secara teori meningkat. Namun, penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang mencetak rekor telah mengganggu proses pengumpulan data oleh Bureau of Labor Statistics (BLS).
Sejumlah ekonom, termasuk Robin Brooks, menilai gangguan tersebut berpotensi mendistorsi data inflasi tahunan November, sehingga menambah ketidakpastian arah kebijakan moneter.
Kondisi ini dinilai menjadi salah satu alasan mengapa pasar kripto gagal reli meski suku bunga sudah dipangkas dalam beberapa bulan terakhir.
Jeff Mei, Chief Operating Officer bursa kripto BTSE, memperkirakan bahwa Bitcoin berpotensi turun hingga US$70.000, sementara Ethereum dapat melemah ke kisaran US$2.400, apabila The Fed memilih menahan suku bunga sepanjang kuartal I 2026.
“Stealth QE” The Fed Bisa Menjadi Penopang Harga Kripto
Di sisi lain, terdapat faktor yang berpotensi menopang pasar kripto. Pada 1 Desember, The Fed secara resmi mengakhiri kebijakan quantitative tightening (QT) dan beralih ke strategi rollover penuh atas obligasi pemerintah AS dan surat berharga berbasis hipotek yang jatuh tempo, guna menghentikan penurunan cadangan perbankan.
Tak hanya itu, The Fed juga meluncurkan Reserve Management Purchases (RMPs), yakni pembelian surat utang jangka pendek (Treasury bills) senilai sekitar US$40 miliar. Langkah ini bertujuan menstabilkan cadangan bank dan meredakan tekanan di pasar uang.
Sejumlah analis menilai kebijakan tersebut sebagai bentuk quantitative easing terselubung (stealth QE).
Baca Juga: Data Pelanggan Premium Pornhub Bocor, Peretas ShinyHunters Tuntut Tebusan Bitcoin
Sebagai perbandingan, pada periode QE 2020–2021, neraca The Fed meningkat sekitar US$800 miliar per bulan, sementara kapitalisasi pasar kripto melonjak lebih dari US$2,90 triliun.
Jika program RMPs berlanjut hingga kuartal I 2026, meskipun dengan skala yang lebih kecil, kebijakan ini berpotensi menyuntikkan likuiditas secara perlahan, mendukung selera risiko investor, dan menstabilkan harga kripto—bahkan tanpa pemangkasan suku bunga agresif.
“Ini berarti Bitcoin berpeluang naik ke kisaran US$92.000–US$98.000, didukung arus masuk ETF yang berkelanjutan dan telah melampaui US$50 miliar, serta akumulasi dari investor institusional,” tulis Mei.
Ia menambahkan bahwa Ethereum berpotensi menguat menuju US$3.600, seiring peningkatan skalabilitas layer-2 dan imbal hasil restaking yang semakin menarik minat pengguna DeFi.













