kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Survei: Jerman Bagian Timur 10 Kali lebih Berbahaya bagi Pengungsi


Selasa, 26 Februari 2019 / 09:23 WIB
Survei: Jerman Bagian Timur 10 Kali lebih Berbahaya bagi Pengungsi


Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - DW. Para pencari suaka di Jerman timur 10 kali lebih mungkin menjadi korban kejahatan rasial dibandingkan dengan mereka yang tinggal di barat, kata sebuah studi yang dipublikasikan hari Minggu (24/2). Para peneliti dari Leibniz Center for European Economic Research (ZEW) meneliti 1.155 kekerasan rasial yang terjadi antara 2013 dan 2015.

Studi ini menemukan bahwa tindakan rasialis paling sering terejadi di distrik administratif di Osterzgebirge di negara bagian Sachsen dekat perbatasan ke Ceko, dengan 9,76 serangan per 100 orang selama periode tiga tahun.

Sedangkan serangan terburuk terjadi di Uckermark di negara bagian Brandenburg dekat perbatasan Polandia. Kawasan kritis ketiga adalah distrik Saalekreis di negara bagian Sachsen-Anhal dekat kota Leipzig.

Kurang akrab dengan wajah-wajah asing

Ketiga wilayah tersebut berada di bagian Jerman yang dulunya menjadi bagian negara sosialis Jerman Timur, dan yang secara tradisional memiliki lebih sedikit imigran daripada Jerman Barat.

Menurut penelitian itu, ada 118 distrik di seluruh Jerman yang tidak punya catatan tentang serangan rasialis. Dari jumlah tersebut, hanya empat distrik yang terletak di bagian timur Jerman.

Para penulis penelitian itu mengatakan, jumlah imigran di distrik tertentu bukanlah faktor penentu dalam tingkat kejahatan rasial. Yang lebih penting, kata mereka, adalah pengalaman yang dimiliki warga dengan warga asing.

Di bagian barat Jerman, penduduk telah lama memiliki lebih banyak pengalaman dengan warga asing, misalnya dengan para pekerja dari Turki yang ramai-ramai berdatangan tahun 1960-an.

Masalah ekonomi

Kondisi ekonomi di suatu kawasan juga hanya memainkan peran kecil bagi sikap bermusuhan, kata para penulis. Tindakan kejahatan dan kebencian terhadap warga asing "pada dasarnya tidak memiliki motif ekonomi," kata para penulis.

Para peneliti menekankan, alih-alih masalah ekonomi, yang dibutuhkan adalah bagaimana meningkatkan kesadaran dan toleransi penduduk setempat ketika menghadapi para pencari suaka yang punya pengalaman menyedihkan dan harus lari dari tanah airnya.

Para penulis juga mengatakan, kejahatan rasial lebih mungkin terjadi di daerah-daerah di mana pelanggaran yang sebanding telah dilakukan di masa lalu dan di mana "pandangan xenofobia tampaknya mengeras."

Penelitian itu menyebutkan, kejahatan rasial termasuk juga ujaran kebencian, coretan-coretan ofensif, serangan fisik, dan aksi pembakaran.




TERBARU

[X]
×