Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanggal 10 Januari 2024 menjadi salah satu hari bersejarah bagi dunia investasi dan bisnis. Pada hari tersebut, Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) memberikan persetujuan untuk exchange-traded funds (ETF) berbasis bitcoin, menandai tonggak baru dalam sejarah cryptocurrency.
Momen ini mengawali tahun keemasan untuk bitcoin, di mana nilainya meroket melampaui angka psikologis US$100.000, didorong oleh masuknya investor baru dan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS.
Persetujuan ETF Bitcoin: Babak Baru dalam Dunia Keuangan
Setelah bertahun-tahun penolakan sejak aplikasi pertama diajukan pada 2013, persetujuan ETF bitcoin membuka pintu bagi akses lebih luas dari investor institusional maupun ritel.
Baca Juga: 5 Tren Kripto Paling Mengejutkan yang Harus Diperhatikan pada Tahun 2025
ETF ini, yang didukung oleh manajer investasi besar seperti BlackRock, Fidelity, dan Grayscale, mencatat kesuksesan luar biasa dengan total aset mencapai lebih dari US$100 miliar dalam waktu kurang dari setahun.
Dikutip dari elpais, Javier Molina, analis dari eToro, menyatakan bahwa keberhasilan ini tidak hanya disebabkan oleh peluncuran ETF semata, tetapi juga oleh terciptanya infrastruktur keuangan yang mendukung legitimasi bitcoin sebagai kelas aset.
Salah satu contohnya adalah peluncuran pasar opsi untuk ETF seperti iShares Bitcoin Trust ETF (IBIT) yang dikelola oleh BlackRock, memberikan likuiditas serta alat keuangan canggih bagi para investor.
Halving: Mekanisme Penurunan Pasokan Bitcoin
Pada bulan April 2024, peristiwa halving kembali terjadi, mengurangi imbalan penambangan bitcoin menjadi separuh. Secara historis, halving telah diikuti oleh lonjakan harga yang signifikan.
Baca Juga: Terungkap! Alasan Rusia Mengandalkan Bitcoin, Strategi Cerdik di Balik Sanksi Barat
Dalam perbandingan dengan halving tahun 2016 dan 2020, kenaikan harga bitcoin pada tahun 2024 tercatat sebesar 200%, menunjukkan potensi pertumbuhan lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.
Tahun 2024 juga menjadi momentum pemulihan industri crypto yang sebelumnya terguncang oleh berbagai skandal, termasuk keruntuhan FTX pada tahun 2022. Dalam upaya pemulihan, administrator FTX berhasil mengembalikan aset senilai €12,3 hingga €15 miliar kepada kliennya, memberikan kelegaan bagi para korban.
Di sisi lain, terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS yang pro-cryptocurrency membawa angin segar bagi sektor ini. Melalui janji regulasi yang lebih ramah, termasuk proposal Bitcoin Act 2024 yang menyerukan pembelian strategis bitcoin oleh pemerintah AS, kepercayaan investor terhadap masa depan bitcoin semakin meningkat.
Selain pemerintah AS, sejumlah negara seperti Brasil dan Rusia juga mengumumkan rencana untuk menambah bitcoin ke dalam cadangan mereka. Di sektor korporasi, perusahaan seperti MicroStrategy, Marathon Mining, dan Tesla semakin agresif dalam mengakumulasi bitcoin, mencerminkan peningkatan kepercayaan terhadap aset ini sebagai cadangan nilai jangka panjang.
Baca Juga: Peringatan Serius The Fed: Harga Bitcoin Bisa Anjlok ke US$20.000 Karena Faktor Ini
Tantangan dan Masa Depan Bitcoin
Meskipun bitcoin berhasil mencatatkan rekor kapitalisasi pasar melebihi US$2 triliun, volatilitasnya tetap menjadi perhatian utama. Harga bitcoin sempat turun hingga US$92.000 setelah pengumuman perlambatan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.
Para ahli memperingatkan bahwa likuiditas global yang menurun dapat memengaruhi keberlanjutan rally bitcoin di masa depan.
Namun, dengan penguatan regulasi dan adopsi institusional yang semakin luas, bitcoin diperkirakan akan terus memainkan peran penting dalam lanskap keuangan global, menegaskan posisinya sebagai "emas digital."