kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak berhenti memupuk peluang bisnis baru (2)


Rabu, 14 Desember 2016 / 13:08 WIB
Tak berhenti memupuk peluang bisnis baru (2)


Reporter: Dina Farisah | Editor: Tri Adi

Seperti yang pernah ditulis KONTAN 23 Maret 2007, Sergey Mikhailovich Brin adalah bagian tak terpisahkan dari Google. Lahir dan tumbuh berkembang di lingkungan keluarga ilmuwan jadi modal pria asal Moskow itu membangun bisnis berbasis teknologi. Hijrah dari tanah kelahiran, Sergey menorehkan kesuksesan di AS. Tercatat sebagai salah satu miliarder dunia, Sergey kini mengempit kekayaan US$ 39,2 miliar, melesat dari 2007. Dari mana sumber kekayaan itu?  

Sergey Mikhailovich Brin lahir di Moskow dari pasangan Yahudi, Yevgenia dan Mikhail Brin, yang keduanya berprofesi sebagai ilmuwan. Ayah Sergey adalah profesor matematika di University of Maryland. Sedang sang ibu, peneliti di NASA Goddard Space Flight Center.

Meski kaya akan ilmu pengetahuan, namun kehidupan keluarga Sergey penuh lika-liku. Pada Mei 1979, kala berusia lima tahun, Sergey beserta keluarganya meninggalkan Moskow menuju Amerika Serikat (AS) untuk menghindari konflik yang menimpa ras Yahudi. Dalam sebuah wawancara dengan Mark Malseed, penulis "The Google Story", ayah Sergey bercerita bagaimana ia dipaksa menanggalkan impiannya menjadi seorang astronom, bahkan sebelum ia masuk kuliah.

Saat itu kondisi politik di Uni Soviet sedang memanas. Kepala Partai Komunis melarang Yahudi masuk ke perguruan tinggi. Orang Yahudi dikeluarkan dari Departemen Fisika, khususnya di perguruan tinggi bergengsi Moscow State University dengan alasan Soviet tidak mempercayai mereka dalam penelitian roket nuklir.

Diskriminasi itu juga tampak saat Moscow State University menggelar ujian masuk perguruan tinggi, yang memisahkan antara pelamar Yahudi dan non-Yahudi. Pelamar Yahudi mendapat ujian yang lebih ketat. Ayah Sergey hanya bisa pasrah, hingga pada tahun 1977, dia memboyong keluarganya hijrah dari Moskow. Dia membayangkan nasib buah hatinya kelak yang bakal kesulitan mengembangkan diri dalam situasi yang sulit di Soviet.

Saat mengajukan visa keluar dari negaranya, ayah dan ibu Sergey dipecat dari pekerjaannya. Alhasil, keluarga Sergey bekerja serabutan selama delapan bulan sambil menunggu izin visa yang baru keluar pada Mei 1979.

Karier keluarga yang banyak menemui hambatan, melekat dalam ingatan Sergey kecil dan menjadi pemacu agar dapat berkarya lebih baik di AS. Sergey akhirnya kuliah di Stanford University. Di sinilah sejarah besar tercipta. Kolaborasi apik Sergey bersama rekan satu asrama, Larry Page, menghasilkan mesin pencarian Google. Penemuan inilah yang kini memposisikan Sergey dalam golongan orang kaya dunia, dengan kekayaan US$ 39,2 miliar.

Di luar Google, Sergey bekerja pada proyek-proyek pribadi lain. Ia dan Page mencoba membantu memecahkan masalah energi dan iklim melalui Google.org yang berinvestasi pada industri energi alternatif bagi energi terbarukan (renewable energy).

Temuan Sergey lainnya berupa mobil robot, kembali menyedot perhatian dunia. Sergey dan Page mencoba mendapatkan perusahaan yang menciptakan solusi inovatif dalam meningkatkan pasokan energi dunia. Keduanya lantas bernegosiasi dengan seorang investor di Tesla Motors yang telah mengembangkan kendaraan listrik.

Pada Juni 2008, Sergey berinvestasi US$ 4,5 juta pada Space Adventures, perusahaan pariwisata ruang angkasa yang berbasis di Virginia. Space Adventures merupakan satu-satunya perusahaan yang mengirimkan wisatawan ke ruang angkasa, dan sejauh ini telah mengirimkan lima orang.

Namun cobaan datang juga. Pada 12 Januari 2010, Google mendapat serangan cyber pada komputer dan infastrukturnya. Serangan itu berhasil mengakses dua akun Gmail dan pencurian kekayaan intelektual Google. Serangan itu berasal dari aktivis HAM China. David Drummond. SVP Google mengatakan, serangan itu juga membidik 20 perusahaan besar lain di bidang keuangan, teknologi, media dan sektor kimia. Serangan itu juga membidik aset Google, yaitu sistem password yang dapat mengontrol akses jutaan akun di seluruh dunia.     

(Bersambung)


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×