Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tri Adi
Melanjutkan hidup di Amerika menjadi pengalaman baru baginya. Berbagai hal seperti budaya dan teknologi yang ada di Negeri Paman Sam, membuka wawasannya soal potensi bisnis yang bisa ia terapkan di India, kelak.
Salah satunya soal dunia penyiaran yang ada di Amerika. Pada pertengahan tahun 1980-an, Kalanithi mengamati bahwa di Amerika, stasiun televisi menawarkan berbagai macam tayangan beragam untuk berbagai genre. Hal seperti ini, tidak ada di India kala itu. Bila ia bisa membawa teknologi yang dipakai media Amerika ke India, hal ini bakal membawa revolusi bisnis penyiaran di India. Banyak pemirsa, dari berbagai segmen, bisa dia rangkul sekaligus lewat tayangan yang beragam.
Tapi ide yang muncul saat itu, belum ia wujudkan. Merasa masih terlalu muda, ia belum siap membuat sebuah gebrakan besar di bisnis penyiaran India. Termasuk menghadapi risiko yang mungkin muncul akibat memulai sebuah bisnis yang benar-benar baru dan belum teruji keampuhannya untuk meraup untung.
Karena itu, Kalanithi memutuskan kembali fokus pada pendidikan. Setelah mengantongi gelar master, ia langsung kembali ke India. Masuk ke dunia kerja, dia memilih memulai karier di bagian sirkulasi, Sumangli Publication.
Beberapa waktu kemudian, Kalanithi bekerja di sebuah majalah mingguan berbahasa Tamil yang masih dimiliki oleh sanak saudaranya sendiri. Memasuki tahun 1990-an, perusahaan tersebut mulai berekspansi dengan meluncurkan produk baru, diantaranya produksi video, dimana ia masuk di dalam tim tersebut.
Awalnya bisnis ini berjalan lancar. Sayangnya, masa bulan madu di bisnis ini hanya berlangsung selama dua tahun. Bisnis itu terpaksa terhenti, karena masalah pembajakan kian merajalela.
Tapi kondisi tersebut tak menyebabkan Kalanithi patah arang. Hal positif yang patut disyukuri adalah dia mendapat pengalaman berharga untuk mewujudkan gagasan yang ia peroleh saat merantau di Amerika. Dengan pengalamannya tersebut, Kalanithi yakin bahwa dia siap mewujudkan sesuatu karya yang besar, berbekal jaringan televisi miliknya pribadi.
(Bersambung)