Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Tom Beahon, mantan pesepak bola profesional yang kini menjadi CEO sekaligus salah satu pendiri merek pakaian olahraga Castore, mengaku tetap menjalani gaya hidup sederhana meskipun telah meraih kesuksesan besar.
Ia tidak pernah membeli pakaian atau jam tangan mahal, dan selalu memilih terbang dengan kelas ekonomi, bahkan untuk perjalanan jauh. Alasannya: ia selalu diliputi rasa takut akan kehabisan uang.
Dalam wawancaranya dengan Financial Times, Beahon mengatakan, “Saya tidak pernah membeli jam tangan mahal, saya tidak menghabiskan banyak uang untuk pakaian. Saya tidak terbang di kelas bisnis... bahkan ke Australia, saya terbang di kelas ekonomi. Konsep menghabiskan uang juga membuat saya tidak bahagia.”
Baca Juga: Gaya Hidup Hemat di 2025: Cerdas Mengelola Keuangan dan Mencapai Kebebasan Finansial
Castore kini memiliki valuasi sekitar £950 juta (US$ 1,29 miliar) atau sekitara setara Rp 20 triliun, namun latar belakang hidup hemat Beahon tetap membentuk cara pandangnya.
Ia tumbuh dalam keluarga kelas pekerja di Inggris utara. Ibunya seorang guru dan ayahnya bekerja di bidang konstruksi. Saat kecil, mereka tak pernah berlibur, dan Beahon menyadari bahwa banyak orang lain lebih beruntung secara finansial.
Beahon memulai karier sebagai pesepak bola di Tranmere Rovers dan kemudian bermain untuk klub Spanyol, Jerez Industrial CF.
Namun, ia dan saudaranya, Philip, memutuskan pensiun dini dari dunia olahraga untuk bekerja di sektor keuangan London—Tom di Lloyds Bank dan Philip di Deloitte—dengan tujuan mengumpulkan modal untuk mendirikan usaha mereka.
Castore resmi berdiri pada 2015. Selama tiga tahun pertama, Tom dan Philip hanya menggaji diri mereka £1.000 (US$ 1.355) per bulan demi menghemat anggaran perusahaan.
Baca Juga: 5 Cara Mudah untuk Mulai Hidup Hemat, Sebaiknya Kurangi Nongkrong
Tom bahkan kembali tinggal bersama orang tuanya, sementara tunangan Philip menanggung sewa rumah. Mereka juga sempat mempertimbangkan untuk menggadaikan rumah orang tua demi tambahan modal.
Pengalaman itu, menurut Beahon, meninggalkan bekas yang mendalam. “Ketakutan itu tak pernah hilang. Ketakutan itu tertanam kuat di jiwa saya, fokus pada uang setiap hari, paranoia itu,” ujarnya.
“Saya tidak tahu apakah itu karena latar belakang saya atau karena saya telah menjalani tiga tahun di mana saya terus-menerus takut kehabisan uang.”
Meski hidup hemat untuk diri sendiri, Beahon tak segan memanjakan orang tuanya.
Baca Juga: Rahasia Gaya Hidup Hemat Generasi Modern yang Bikin Dompet Tetap Aman Setiap Bulan
Ia senang memberi mereka liburan dan penerbangan kelas bisnis, sebagai bentuk penghargaan atas pengorbanan mereka. Sementara dirinya sendiri mengaku belum punya rencana berlibur karena masih berada dalam fase membangun perusahaan.
Ia menegaskan bahwa motivasinya bukan semata untuk menjadi kaya raya, melainkan mengejar keamanan finansial.
“Lebih dari sekadar ingin menghasilkan uang, saya didorong oleh rasa aman. Ayah saya selalu khawatir akan diberhentikan, dan itu memengaruhi keluarga. Menjadi sukses hingga merasa aman selalu menjadi tujuan utama.”
Bukan Satu-satunya
Kisah Beahon mencerminkan pola yang juga dijalani sejumlah tokoh sukses lainnya. Misalnya, miliarder Lucy Guo masih berbelanja di Shein dan pergi bekerja dengan Honda Civic.
Mark Cuban, investor serial, tidak pernah berlibur selama tujuh tahun pertama membangun MicroSolutions. Ia tinggal di apartemen dengan lima teman sekamar dan tidur di lantai.
Baca Juga: 7 Tips Hidup Hemat untuk Kelas Menengah, Bisa Jadi Orang Kaya
Aktris Keke Palmer, yang menjadi jutawan di usia 12 tahun, juga tetap hidup hemat. Ia menyewa tempat tinggal seharga US$ 1.500 dan menghindari mobil mewah.
Palmer mengaku kebiasaan ini ia pelajari dari orang tuanya yang terbiasa hidup dengan keterbatasan. “Saya percaya pada prinsip menabung dan berhemat… Saya tidak main-main dengan itu,” katanya kepada CNBC Make It.
Begitu pula dengan CEO David’s Bridal, Kelly Cook, yang dulunya bekerja sebagai bartender dan kuliah sambil mengasuh anak.
Ia hidup dari kacang pinto dan roti jagung dengan gaji bersih US$ 882 per bulan. Kini, ia memimpin jaringan toko pernikahan besar dengan sekitar 5.000 karyawan.