Sumber: CNN | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kapal perang Amerika Serikat berlayar di dekat pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan pada hari Senin sebagai langkah menentang klaim Beijing atas wilayah tersebut. Sebuah langkah yang bisa diprediksi akan akan memicu kemarahan China.
Diberitakan CNN, kapal perusak yang dipersenjatai peluru kendali USS Spruance dan USS Preble berlayar dalam 12 mil laut dari Kepulauan Spratly. "Operasi itu dilakukan untuk menantang klaim maritim yang berlebihan dan menjaga akses ke perairan sebagaimana diatur oleh hukum internasional," kata Clay Doss, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut AS.
"Semua operasi dirancang sesuai dengan hukum internasional dan menunjukkan bahwa Amerika Serikat akan terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan," kata Doss sembari menambahkan bahwa hal tersebut juga berlaku di Cina Selatan.
Operasi pada hari Senin tersebut adalah yang kedua di Laut Cina Selatan pada tahun ini. Pada bulan Januari lalu, kapal perusak USS McCampbell berlayar dalam jarak 12 mil laut dari Kepulauan Paracel.
Tak lama setelah operasi itu, China menuduh AS melakukan pelanggaran di perairan teritorialnya dan mengatakan telah mengerahkan rudal yang mampu menargetkan kapal-kapal ukuran sedang maupun besar.
"Tindakan AS itu melanggar hukum Tiongkok dan hukum internasional, melanggar kedaulatan China, merusak perdamaian, keamanan, dan ketertiban regional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Lu Kang saat itu.
Dia bilang negaranya akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi kedaulatan negara.
Pada akhir September tahun lalu USS Decatur juga berlayar dalam 12 mil laut dari terumbu karang di Gaven and Johnson di Kepulauan Spratly sebagai bagian dari operasi navigasi yang serupa.
Selama operasi itu, sebuah kapal perusak Tiongkok datang dalam jarak 45 yard dari kapal perang AS dan memaksanya melakukan manuver untuk menghindari tabrakan. AS menyebut tindakan kapal perang Cina itu tidak aman dan tidak profesional, sementara Beijing mengatakan AS telah mengancam keselamatan dan kedaulatan China.
AS menuduh Beijing memasang rudal dan perangkat keras militer lainnya di pulau-pulau yang disengketakan itu. "Ada semacam peningkatan ancaman keamanan yang stabil," Laksamana John Richardson, Kepala Operasi Angkatan Laut AS, mengatakan kepada wartawan awal bulan ini ketika ditanya tentang militerisasi China di daerah itu.
"Sistem senjata semakin canggih sehingga hal ini adalah sesuatu yang kami perhatikan dengan sangat cermat," tambahnya. Ia menyebut Angaktan laut AS akan tetap di sana, dan memastikan keamanan dari wilayah yang menjadi tempat yang dilewati sepertiga dari perdagangan dunia tersebut.