Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Nina Dwiantika
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS) kembali menjadi sorotan pasar global. Chairman The Federal Reserve Jerome Powell diperkirakan tetap mendorong pemangkasan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada pertemuan pekan ini, meski resistensi di internal The Fed semakin kuat seiring kekhawatiran inflasi masih belum turun sesuai harapan.
The Fed sebelumnya telah dua kali menurunkan suku bunga, termasuk pada Oktober saat pasar tenaga kerja AS menunjukkan pelemahan signifikan. Namun setelah itu, sejumlah pejabat The Fed yang bersikap lebih hawkish, termasuk lima anggota yang memiliki hak suara tahun ini, menegaskan ketidaknyamanan terhadap tekanan inflasi yang masih tinggi.
Sikap ini menandakan keengganan sebagian pejabat untuk mendukung pemangkasan lebih lanjut pada Desember. Kondisi ini diperparah oleh minimnya data ekonomi terbaru akibat government shutdown yang berlangsung hampir dua bulan.
Keyakinan menguat
Baca Juga: Apakah The Fed Berani Pangkas Suku Bunga Pekan Ini? Bagaimana Prospek di 2026?
Data inflasi terbaru yang digunakan para pembuat kebijakan adalah laporan September. Data tersebut dinilai tidak cukup kuat untuk memengaruhi arah perdebatan kebijakan.
Kendati demikian, dalam laporan Bloomberg, Senin (8/12), pelaku pasar yakin The Fed akan menurunkan suku bunga. Keyakinan investor menguat setelah Presiden The Fed New York John Williams, yang dikenal dekat dengan Powell, menyatakan, masih ada ruang pemangkasan dalam waktu dekat. Pernyataan ini membuat probabilitas pemangkasan suku bunga melonjak di atas 90%.
Survei Bloomberg menunjukkan ekonom memperkirakan The Fed akan berhenti sejenak setelah pemangkasan pada Desember akhir tahun ini, sebelum kembali memangkas suku bunga dua kali lagi pada 2026 mendatang, yakni di Maret dan September.
Pasar berharap data baru setelah biro statistik mengejar ketertinggalan akibat shutdown dapat membantu The Fed menyeimbangkan mandat pengendalian inflasi dan stabilitas lapangan kerja.
Tapi drama The Fed diperkirakan makin bergejolak. Presiden Donald Trump disebut-sebut segera menunjuk calon pengganti Powell yang masa jabatannya berakhir Mei mendatang.
Kevin Hassett, ekonom yang dikenal sebagai loyalis Trump, jadi favorit. Pelaku pasar khawatir petinggi baru The Fed akan mendorong pemangkasan suku bunga lebih agresif, sehingga memicu risiko inflasi yang lebih tinggi. Dus, kendati Powell bersikap hawkish dalam konferensi pers nanti, dampaknya mungkin terbatas.













