Sumber: Daily Beast,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sementara itu, melansir The Daily Beast, setelah menutup telepon, Macron mengatakan bahwa yang terburuk belum datang. Macron merupakan salah satu dari sedikit pemimpin dunia yang masih menerima telepon dari pemimpin Rusia
Pernyataan itu diungkapkan ketika banyak cerita yang muncul dari Moskow yang menandakan Putin menjadi semakin terisolasi dan bersedia menyerang Ukraina dan rakyatnya sendiri.
Macron mencoba meyakinkan Putin bahwa rencananya untuk menghancurkan Ukraina adalah penghinaan terhadap sejarah Rusia dan Ukraina.
Dalam pembicaraan tersebut, Putin membantah menembaki kota-kota Ukraina bahkan ketika mereka dibombardir selama panggilan telepon. Dia jelas tidak tergerak oleh argumen tersebut.
“Prediksi presiden adalah bahwa yang terburuk akan datang, mengingat apa yang dikatakan Presiden Putin kepadanya … Tidak ada apa pun dalam apa yang dikatakan Presiden Putin kepada kita yang harus meyakinkan kita. Dia menunjukkan tekad yang besar untuk melanjutkan operasi militer,” kata seorang ajudan Macron mengatakan kepada wartawan.
Baca Juga: Mengapa Negara Uni Eropa Tak Mengirimkan Pesawat Tempur ke Ukraina?
Perang, yang sekarang telah berlangsung selama satu minggu, telah menewaskan ribuan warga Ukraina dan dilaporkan lebih banyak lagi tentara Rusia. Akan tetapi pengeboman berlanjut ketika pasukan Rusia — beberapa bahkan bukan lulusan sekolah militer —terus mendekati ibu kota Kyiv.
Tetapi ketika darah terus mengalir di medan perang, informasi baru tentang dunia Putin benar-benar menakutkan. The Times of London melaporkan bahwa Putin sangat tertutup tentang rencananya untuk menginvasi Ukraina sehingga bahkan kabinetnya tidak tahu apa yang dia lakukan setelah diberitahu bahwa dia hanya berencana untuk mengakui dua wilayah separatis.
Baca Juga: Dalam Perang Ukraina-Rusia, Pemenang Besarnya adalah China
“Ini kacau. Mereka sudah gila!" seseorang di pemerintahan mengatakan kepada kantor berita Agentstvo.
Dan para pejabat yang mengancam akan mengundurkan diri karena invasi itu menghadapi ancaman yang lebih buruk: tuduhan makar yang dapat dihukum dengan kerja paksa.
"Pengunduran diri hanya akan mengarah ke kamp penjara," kata seorang pejabat.
Laporan lain dari medan perang menunjukkan Rusia telah mengarahkan sistem peluncuran multi-roketnya sendiri ke kota perbatasan Popovka di tempat yang kemungkinan merupakan lokasi operasi "bendera palsu" yang siap meledak kapan saja sehingga Rusia dapat membenarkan serangan brutalnya.
Bloomberg melaporkan bahwa jika perlawanan oleh Ukraina berlanjut, ia mungkin akan melakukan eksekusi publik di kota-kota yang direbut.