Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kebijakan keras Presiden Xi Jinping terhadap perusahaan teknologi memberikan pukulan kepada Tencent dan Alibaba. Kondisi ini diperparah oleh ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS).
Tencent Holdings dan Alibaba Group Holding telah keluar dari 10 perusahaan teratas global berdasarkan kapitalisasi pasar. Padahal pada 2020 lalu, data Quick FactSet menunjukkan Tencent berada di peringkat ketujuh dan Alibaba di posisi kesembilan.
Lalu, Tencent memuncak di urutan keenam Februari lalu sebelum kapitalisasi pasarnya anjlok lebih dari 40%. Bahkan, Tencent kini mendekam di urutan ke-11 pada hari Jumat (17/12), seperti pemberitaan Nikkei Asia.
Raksasa teknologi AS mendominasi daftar baru ini. Apple, Microsoft, dan induk Google yakni Alphabet menempati tiga teratas. Saudi Aramco berada di urutan keempat, diikuti oleh Amazon.com, Tesla, dan operator Facebook-Meta.
Baca Juga: Militer China Akhirnya Mengungkap Detail Kemampuan Helikopter Tempur Z-10
Perancang chip Nvidia berada di urutan kedelapan, sementara Berkshire Hathaway dari Warren Buffet berada di urutan ke-9. Hal ini membuat Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. sebagai perusahaan Asia paling berharga di dunia pada posisi ke-10.
Padahal, Shanghai Composite Index sempat mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2007 di tengah harapan yang tinggi untuk ekonomi China. Empat dari 10 perusahaan teratas berdasarkan kapitalisasi pasar saat itu datang dari China, dengan perusahaan minyak PetroChina menjadi juara.
Setelah krisis keuangan global, investor melihat kebangkitan perusahaan teknologi China. Ini ditandai dengan membengkaknya kapitalisasi perusahaan teknologi berkat berkat model bisnis baru dan akses ke pasar besar-besaran. Tetapi tindakan keras pemerintah di sektor teknologi dan ketegangan dengan AS telah membalikkan keadaan itu.
“Prospek ekuitas China akan tergantung pada seberapa serius AS menghentikan aliran dana ke China," kata Toru Nishihama, kepala ekonom di Departemen Riset Ekonomi di Dai-ichi Life Research Institute.
Baca Juga: China Ultimatum Selebriti dan Livestreamers untuk Laporkan Pajak Sebelum 2022
Didi Global, perusahaan di balik platform ride-hailing terbesar di China, memutuskan pada 3 Desember untuk delisting dari New York Stock Exchange hanya lima bulan setelah debutnya. Pemerintah China telah memperketat pengawasan terhadap perusahaan yang terdaftar di luar negeri, karena khawatir regulator asing akan mendapatkan akses ke data sensitif.
Di sisi lain, pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah meningkatkan tekanan pada bisnis China. Ia mengumumkan sanksi Kamis terhadap pembuat pesawat tak berawak DJI dan lusinan entitas China lainnya yang dituduh mengambil bagian dalam pelanggaran hak asasi manusia atau pengembangan militer.
Pergerakan tersebut pada dasarnya menghalangi orang Amerika untuk berinvestasi di beberapa dan memberlakukan embargo perdagangan de facto pada sisanya.