Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak mentah turun 2% pada perdagangan Selasa (3/9), terbebani peningkatan produksi minyak OPEC dan Rusia serta perang dagang Ameika Serikat (AS)-China yang berlarut-larut.
Mengutip Reuters, harga minyak AS jenis CLc1 turun US$ 1,26 atau 2,3% menjadi US$ 53,84 per barel pada pukul 11.52 GMT. Sedang harga minyak Brent LCOc1 melorot 96 sen ke posisi US$ 57,70 per barel.
"Minyak akan berjuang untuk membuat kemajuan besar pekan ini, meski tanpa kemajuan dalam pembicaraan perdagangan (AS-China), data yang melemah dari Asia (pertumbuhan ekonomi Korea Selatan), dan kemungkinan tekad OPEC yang kendur untuk mengendalikan produksi," kata Jeffrey Halley, Analis Pasar Senior OANDA, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Produksi OPEC naik, harga minyak turun lagi
Mulai 1 September lalu, AS memberlakukan tarif 15% untuk berbagai barang dari Cina. Sedangkan negeri tembok raksasa mengenakan bea masuk 5% terhadap minyak mentah negeri uak Sam.
Meskipun konflik perdagangan semakin memanas, Presiden AS Donald Trump mengatakan, kedua negara akan bertemu untuk melakukan pembicaraan pada bulan ini.
Sementara pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada kuartal kedua tahun ini ternyata tidak sesuai harapan. Data Bank of Korea, Selasa (3/9), menunjukkan, ada revisi turun atas pertumbuhan ekspor sebagai antisipasi perang dagang AS-China yang berkepanjangan.
Lalu, produksi dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Agustus naik. Ini kali pertama di tahun ini produksi bulanan OPEC meningkat. Penyebabnya: pasokan yang lebih tinggi dari Irak dan Nigeria.
Baca Juga: AS terapkan tarif baru, China gugat ke WTO
Produksi minyak C-RU-OUT pada Agustus juga naik menjadi 11,294 juta barel per hari, melampaui batas yang Rusia janjikan dalam pakta dengan produsen lain. Angka itu yang tertinggi sejak Maret 2019.
"Apa yang buruk untuk prospek pertumbuhan global saat ini adalah buruk untuk minyak, dan hanya penarikan besar dalam pasokan yang bisa menunda penurunan (harga) yang lebih dalam," kata Greg McKenna, Strategist McKenna Macro, seperti dilansir Reuters.