kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.123.000   1.000   0,05%
  • USD/IDR 16.632   8,00   0,05%
  • IDX 8.033   -18,22   -0,23%
  • KOMPAS100 1.119   -3,78   -0,34%
  • LQ45 806   -4,44   -0,55%
  • ISSI 279   0,18   0,06%
  • IDX30 422   -0,66   -0,16%
  • IDXHIDIV20 483   -2,08   -0,43%
  • IDX80 123   -0,54   -0,44%
  • IDXV30 132   -0,23   -0,18%
  • IDXQ30 134   -0,76   -0,56%

Terdampak Perang Dagang, Petani AS di Ambang Krisis Terburuk dalam Puluhan Tahun


Senin, 22 September 2025 / 09:50 WIB
Terdampak Perang Dagang, Petani AS di Ambang Krisis Terburuk dalam Puluhan Tahun
ILUSTRASI. Lahan pertaniain di Amerika Serikat. Pabrik traktor di Holtville, California, AS, 20 September 2022. REUTERS/Aude Guerrucci


Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat tengah menghadapi krisis ekonomi pertanian yang disebut sebagai salah satu yang terparah dalam beberapa dekade terakhir. Situasi ini membuat banyak petani khawatir bahwa tahun ini bisa menjadi tahun terakhir mereka bertahan di usaha tani.

Sebuah survei National Corn Growers Association (NCGA) yang dirilis Rabu lalu menunjukkan 46% responden percaya AS berada di ambang krisis pertanian, sementara 33% lainnya menyebut kemungkinan besar terjadi. 

Sekitar dua pertiga petani juga mengaku kondisi keuangan mereka lebih buruk dibanding tahun lalu. Banyak yang terpaksa menunda pembelian peralatan (58%), mengurangi penggunaan pupuk (38%), hingga mencari penghasilan tambahan di luar pertanian (22%).

Baca Juga: Tarif Dilonggarkan, China Mulai Redam Panasnya Perang Dagang dengan AS

“Krisis ini bisa berdampak luas, tidak hanya bagi sektor pertanian tetapi juga bagi perekonomian lokal karena petani akan mengurangi belanja dan investasi,” kata Kepala Ekonom NCGA, Krista Swanson.

Data suram itu sejalan dengan Indeks Barometer Ekonomi Pertanian Purdue University-CME Group, yang turun 10 poin pada Agustus menjadi 125. Indeks ekspektasi masa depan bahkan jatuh ke level terendah sejak September 2024.

Penyebab utama tekanan ini adalah harga komoditas yang anjlok sejak puncaknya pada 2022, sementara biaya produksi tetap tinggi. Perang dagang yang dilancarkan Presiden Donald Trump terhadap China memperburuk keadaan, terutama bagi petani kedelai.

Asosiasi Kedelai Amerika (ASA) bahkan memperingatkan Trump bahwa petani kedelai berada di “jurang perdagangan dan keuangan.” Dengan musim panen yang semakin dekat, China pembeli utama kedelai AS belum juga melakukan pemesanan untuk beberapa bulan ke depan. 

Baca Juga: Ekonom AS Ini Sebut China Adalah Pemenang Perang Dagang dengan AS

ASA menegaskan petani kedelai tidak akan mampu bertahan jika konflik dagang berlarut-larut, dan mendesak pemerintah memberi prioritas pada komoditas ini dalam negosiasi dengan Beijing.

Namun, usai panggilan telepon antara Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pekan lalu, isu ekspor pertanian tidak dibahas. Akibatnya, harga kedelai, jagung, dan gandum kembali merosot.

Meski begitu, ada dukungan besar dari pemerintah. Undang-Undang One Big Beautiful Bill yang diteken Juli lalu mengalokasikan sekitar US$ 66 miliar untuk sektor pertanian, dengan mayoritas dana (US$ 59 miliar) ditujukan bagi program perlindungan pendapatan petani. 

Selain itu, Trump tengah mempertimbangkan program bailout tambahan menggunakan pemasukan dari tarif impor.

Baca Juga: Lima Kartu yang Jadi Senjata Andal China dalam Perang Dagang dengan AS

Kendati demikian, bantuan semacam ini dinilai hanya memberikan efek terbatas. CEO ASA, Stephen Censky, menilai subsidi jangka panjang sering kali justru mendorong kenaikan sewa lahan dan biaya lainnya. 

“Jika pasar tidak kembali pulih, bagi sebagian petani, tahun ini bisa menjadi tahun terakhir mereka bertani. Itu sangat mengkhawatirkan,” ujarnya. 

Selanjutnya: Aktif Kembangkan Bisnis, Barito Pacific (BRPT) Torehan Sejumlah Capaian Pada 2025

Menarik Dibaca: Infinix Smart 8 Lengkapi Kamera Utamanya dengan Ring Flashlight! Canggih Banget!




TERBARU

[X]
×