Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pandemi telah menginfeksi lebih dari 2 juta orang secara global dan membunuh lebih dari 130.000. China, tempat virus pertama kali muncul, telah melaporkan lebih dari 3.000 kematian meskipun infeksi baru telah turun secara signifikan dari puncaknya.
Ketika China bergerak untuk mengurangi pembatasan perjalanan dan membuka kembali manufaktur, penguncian serupa yang sekarang berlaku di negara-negara besar lainnya yang terkena virus telah secara signifikan menggelapkan prospek permintaan global.
Baca Juga: Riset: Pendingin ruangan restoran di China tularkan virus corona ke tiga keluarga
Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada hari Selasa, ekonomi dunia diperkirakan akan menyusut 3,0% selama tahun 2020 dalam apa yang akan menandai penurunan paling curam sejak Depresi Besar tahun 1930-an.
IMF memprediksi, ekonomi China tumbuh hanya 1,2% pada 2020, sebelum rebound 9,2% pada 2021.
Pertarungan berat
Beijing berjibaku untuk menangkis hilangnya lapangan pekerjaan massal yang dapat mengancam stabilitas sosial, sambil juga menjaga agar utang dan risiko keuangan tetap terkendali.
Baca Juga: Pemulihan ekonomi China akan jaga stabilitas perdagangan Indonesia pada jangka pendek
Ketidakpastian global telah mempersulit para pemimpin China untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2020 mengingat tujuan awal sekitar 6% sekarang terlihat jauh dari jangkauan, kata seorang pejabat pemerintah.