kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Termasuk Indonesia, negara-negara di Asia Pasifik berlomba membuat senjata canggih


Sabtu, 08 Agustus 2020 / 22:10 WIB
Termasuk Indonesia, negara-negara di Asia Pasifik berlomba membuat senjata canggih


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Sebuah studi menyebutkan negara-negara di Asia-Pasifik sedang mengembangkan senjata batu nan canggih seperti drone dan rudal jelajah untuk mengimbangi agresivitas China.

"Meskipun proliferasi senjata canggih biasanya menjadi perhatian terkait eskalasi, rudal jelajah modern dan UAV [kendaraan udara tak berawak] saat ini dapat berfungsi sebagai senjata yang dapat digunakan negara-negara kecil untuk mencegah agresi dari negara-negara yang lebih besar," tulis Institute of Strategic Studies dalam kajiannya.

Baca Juga: Terus-terusan ditekan AS, Huawai dikabarkan berhenti memproduksi chip

Namun, mereka juga memperingatkan bahwa penyebaran teknologi ini meningkatkan risiko untuk jatuh ke tangan teroris dan ekstremis.

Perjanjian internasional seperti Missile Technology Control Regime (MTCR) dirancang untuk membatasi pengembangan rudal balistik di wilayah tersebut. Tetapi kajian tersebut mengatakan negara berkembang, banyak di antaranya bukan penandatangan MTCR, dapat bekerja sama untuk mengembangkan kemampuan ini.

Menurut Zhao Tong, seorang peneliti di Carnegie-Tsinghua Center for Global, China adalah pemimpin dunia dalam teknologi rudal dan drone, dan meningkatnya permintaan untuk senjata-senjata ini sebagian merupakan tanggapan atas kekuatan Beijing yang meningkat dan lingkungan keamanan yang memburuk di daerah tersebut.

“Negara-negara ini tidak mampu mengembangkan sistem pertahanan rudal. Jadi untuk menjaga semacam pencegahan strategis atau sebagai alat anti-akses, mereka cenderung mengembangkan beberapa senjata serangan asimetris dengan ambang teknologi yang lebih rendah, seperti rudal jelajah atau drone,” kata Zhao. 

Baca Juga: Kasus baru corona di Singapura diyakini bakal segera turun signifikan, ini sebabnya

MTCR bertujuan untuk mengekang proliferasi dengan membatasi penjualan rudal jelajah internasional pada senjata dengan jangkauan 300 km (186 mil) atau kurang dan muatan di bawah 500 kg (1.100 lb) tetapi tidak menghentikan negara-negara mengembangkan senjata mereka sendiri dengan kapasitas yang lebih besar.

Tetapi Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan telah mengembangkan rudal yang melebihi batas ini. Sementara Indonesia, Malaysia, dan Vietnam juga ingin memiliki rudal mereka sendiri.




TERBARU

[X]
×