Sumber: Al Jazeera,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Kantor Presiden Rusia alias Kremlin mendesak warga Rusia untuk bersatu di sekitar Presiden Vladimir Putin, setelah lebih dari satu minggu dia memerintahkan serangan ke Ukraina.
Protes anti-perang pecah di sejumlah kota Rusia sejak invasi ke Ukraina bergulir pada 24 Februari lalu, dengan polisi menahan lebih dari 8.000 peserta, menurut OVD-Info, kelompok hak asasi yang melacak penangkapan politik.
Sementara sejumlah tokoh Rusia terkemuka juga bergabung dengan "paduan suara" kecaman internasional atas serangan Rusia ke Ukraina.
"Sekarang bukan waktunya untuk terpecah," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Jumat (4/3), menanggapi pertanyaan tentang permintaan dari tokoh masyarakat untuk mengakhiri perang.
"Sekarang saatnya bersatu, bersatu di sekitar Presiden kita," tegasnya, seperti dikutip Al Jazeera.
Baca Juga: Invasi Hari ke-9: Pasukan Rusia Rebut Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ukraina
Sejak Rusia memulai apa yang mereka sebut “operasi militer khusus”, tokoh masyarakat negeri beruang merah terpecah.
"Ya, memang, ada perdebatan sengit di antara tokoh-tokoh budaya," ungkap Peskov. "Banyak yang mendukung Presiden, mendukung tulus Presiden. Ada orang-orang yang benar-benar salah memahami esensi dari apa yang terjadi".
Di hari ke-9 invasi, pasukan Rusia merebut Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia setelah menyerangnya pada Jumat dini hari (4/3), membakar fasilitas pelatihan lima lantai yang berdekatan, pihak berwenang Ukraina mengatakan.
Mengutip Reuters, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebutkan dalam sebuah tweet, pihak berwenang Ukraina telah memberi tahu bahwa kebakaran di kompleks pembangkit nuklir terbesar di Eropa itu tidak memengaruhi peralatan "penting".