Sumber: The Star | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Perusahaan, dalam pernyataan sebelumnya, telah membantah tuduhan korupsi dan penyuapan terhadapnya, mengatakan bahwa perusahaan tersebut tidak terlibat dalam penyelidikan Serious Fraud Office (SFO) Inggris terhadap Airbus atau memberikan kesempatan apa pun untuk memberikan informasi atau klarifikasi kepada SFO.
Tuduhan SFO Inggris terkait dengan sponsorship senilai US$ 50 juta pada 2012 antara tim balap Caterham Formula 1, yang didirikan oleh Tony Fernandes dan mantan induk usaha Airbus, EADS.
Baca Juga: AirAsia membatalkan penerbangan ke dan dari Wuhan
Sejak kabar ini beredar, saham AirAsia Group Bhd langsung anjlok 10,5% atau 15 sen menjadi RM 1,28. Penurunan harga saham juga akibat dampak negatif dari memburuknya wabah virus corona Wuhan.
Menurut Kenanga Research, walaupun tampaknya AirAsia memiliki kasus yang kredibel dan dapat dipertahankan, grup ini harus menanggung nasib buruk dari aksi jual saham karena kekhawatiran akan diambilnya tindakan hukum oleh komisi investigasi Komisi Anti Korupsi Malaysia. (MACC).
Baca Juga: Warga Malaysia yang dievakuasi dari Wuhan telah tiba
"Jika demikian, yang berisiko tidak hanya potensi kerusakan finansial, tetapi mungkin yang lebih penting, nilai brand dan kedudukannya sampai sekarang - khususnya Tony Fernandez sendiri. Belum bisa dipastikan kapan MACC akan menyelesaikan investigasi," jelas Kenanga Research.
“Semuanya bisa berakhir dengan baik pada akhirnya, tetapi sampai mereka melakukannya, kami akan terus menilai saham AirAsia di level rendah,” kata Kenanga Research.
Kenanga Research juga menambahkan bahwa jika AirAsia mengambil tindakan hukum dan mencari kompensasi dari Airbus atas kerusakan yang terjadi pada reputasinya yang timbul dari kontroversi ini, langkah tersebut harus disambut sebagai mosi kepercayaan.
TA Securities berpendapat bahwa penyelidikan terhadap AirAsia tidak akan memiliki dampak keuangan yang substansial pada perusahaan.