Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya diplomatik darurat tengah berlangsung antara pemimpin Thailand dan Kamboja untuk menghentikan konflik mematikan di perbatasan kedua negara yang telah memasuki hari kelima.
Pertemuan gencatan senjata ini berlangsung pada Senin di kediaman resmi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di Putrajaya, dan dihadiri pula oleh para duta besar Amerika Serikat dan China.
Korban Jiwa dan Pengungsi Terus Bertambah
Konflik bersenjata yang berlangsung di sepanjang wilayah perbatasan Thailand–Kamboja telah menewaskan sedikitnya 35 orang dan menyebabkan lebih dari 270.000 warga mengungsi dari kedua sisi perbatasan, menurut laporan terbaru.
Baca Juga: Penembakan Tragis di Pasar Bangkok, 6 Tewas Termasuk Pelaku
Pertemuan ini merupakan bagian dari inisiatif ASEAN yang dipimpin oleh Malaysia untuk meredakan eskalasi dan menghindari krisis kemanusiaan yang lebih luas.
Pernyataan Kontras dari Dua Pemimpin
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyatakan lewat unggahan di platform X bahwa tujuan utama pertemuan ini adalah untuk mencapai gencatan senjata segera.
Namun, pernyataan dari penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai sebelum keberangkatannya ke Malaysia menunjukkan sikap skeptis.
“Kami tidak percaya Kamboja bertindak dengan itikad baik berdasarkan tindakan mereka sejauh ini. Mereka perlu menunjukkan niat tulus, dan kami akan menilai itu selama pertemuan,” kata Phumtham.
Kontak Senjata Terus Terjadi Meski Pembicaraan Dimulai
Beberapa jam sebelum pembicaraan dimulai, bentrokan kembali pecah di sejumlah titik perbatasan. Juru bicara militer Thailand, Kolonel Richa Suksuwanon, menyebutkan bahwa tembakan terdengar saat fajar di wilayah Samrong, Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja.
Sehari sebelumnya, militer Thailand melaporkan seorang warga sipil tewas dan satu orang luka-luka setelah roket dari Kamboja menghantam Provinsi Sisaket. Militer Thailand juga menuduh pasukan Kamboja menggunakan penembak jitu di area kuil sengketa dan memperkuat pasukan mereka di sepanjang perbatasan.
Di sisi lain, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menuduh militer Thailand menyerang wilayah Kamboja menggunakan senjata berat dan bom asap dari udara, termasuk menargetkan area sekitar kuil kuno Ta Muen Thom dan Ta Kwai, yang menjadi titik sengketa antara kedua negara.
“Pasukan kami berhasil memukul mundur serangan tersebut,” ujar Socheata.
Baca Juga: Donald Trump: Thailand dan Kamboja Sepakat Berunding Gencatan Senjata
Malaysia, AS, dan China Terlibat dalam Upaya Mediasi
Reporter Al Jazeera, Tony Cheng, melaporkan bahwa pihak Malaysia sangat berhati-hati dalam mengakui pertemuan tersebut. Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Malaysia sempat mengklaim adanya kesepakatan damai yang langsung dibantah oleh Thailand.
Meski demikian, meningkatnya korban dan pengungsi tampaknya memberi dorongan kuat bagi kedua pemimpin untuk mencari solusi damai.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan pihaknya telah mengirim utusan ke Malaysia untuk membantu upaya perdamaian ini. Sementara itu, China menyatakan dukungan terhadap upaya perdamaian dan menyerukan agar kedua negara menahan diri dan menghentikan konflik sesegera mungkin.
“Kami berharap kedua belah pihak mengedepankan kepentingan rakyat, menjunjung semangat perdamaian dan hubungan bertetangga yang baik,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun.