Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
Perekonomian Thailand juga mengalami salah satu periode terburuknya dalam lebih dari 20 tahun terakhir, menyusut 12,2% pada kuartal kedua karena sektor pariwisata dan ekspor terpukul parah oleh pandemi.
"Perdana Menteri telah memprioritaskan perhatian publik yang mengkhawatirkan perekonomian," ujar Anucha.
Selain mempertanyakan pembelian peralatan militer dan penanganan ekonomi pemerintah, gerakan pro-demokrasi yang sedang berkembang juga menyerukan reformasi pada monarki yang tidak dapat disangkal, topik yang dulunya tabu di Thailand.
Permintaan yang semakin berani dari para pengunjuk rasa yang dipimpin pemuda telah menarik kemarahan dari kamp-kamp royalis, yang telah mengadakan demonstrasi tandingan untuk menuntut agar pengunjuk rasa "tidak menyentuh monarki".
Baca Juga: Thailand dilanda aksi demonstrasi anti-pemerintah terbesar sejak 2014
Lebih dari seribu demonstran yang kebanyakan lebih tua mengenakan kemeja kuning, dianggap sebagai warna kerajaan, berkumpul di stadion pada Minggu (30/8), memegang potret Raja Maha Vajiralongkorn.
Pada Senin (31/8), mereka mengirimkan surat ke Kedutaan Besar Jepang di Bangkok untuk menuntut ekstradisi kritikus pemerintah terkemuka Pavin Chachavalpongpun, yang memulai grup Facebook pribadi untuk mengadakan diskusi terbuka tentang raja.