kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

The Fed Bakal Perketat Suku Bunga, Investor Asing Buru Obligasi Negara Berkembang


Kamis, 25 Agustus 2022 / 14:32 WIB
The Fed Bakal Perketat Suku Bunga, Investor Asing Buru Obligasi Negara Berkembang
ILUSTRASI. Kantor Federal Reserve. REUTERS/Kevin Lamarque/File Photo


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Investor asing mulai masuk ke pasar obligasi di negara berkembang utama Asia untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir. Investor asing berbalik arah dari AS karena ada potensi Federal Reserve melakukan pengetatan suku bunga.

mengutip Bloomberg pada Kamis (25/8), pada bulan ini dana global telah menggelontorkan US$ 1,4 miliar ke dalam pasar obligasi Indonesia. Sementara India mencatat sebesar US$680 juta.

Arus masuk ini menunjukkan dana asing bertaruh bahwa Fed akan berputar dan menjadi kurang hawkish di tengah tanda-tanda perlambatan ekonomi. Pidato Ketua Jerome Powell yang sangat dinanti pada hari Jumat di Jackson Hole akan membantu menunjukkan apakah taruhan itu terlalu dini.

“Sepertinya kemampuan untuk mengelola soft landing tetap menjadi kunci kebangkitan minat investor yang cepat dan berkelanjutan untuk obligasi di negara berkembang Asia,” kata Wisnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd., di Singapura.

Baca Juga: China Gelontorkan Stimulus US$ 146 miliar Demi Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Sebagian besar arus masuk pada bulan Agustus masuk selama paruh pertama, karena pasar menganggap komentar dari Powell di FOMC Juli kurang hawkish. Sementara pejabat Fed sejak itu mendorong kembali narasi dovish, dana global tidak sepenuhnya berbalik arah.

Posisi mereka yang lebih ringan di pasar obligasi negara berkembang Asia mungkin telah membantu investor yang ingin meningkatkan eksposurnya. Kepemilikan asing di obligasi pemerintah Indonesia yang beredar tinggal 16% pada saat ini, turun dari posisi 39% pada awal tahun 2020.

Kondisi serupa terjadi di Malaysia yang porsinya telah turun setiap bulan sejak Februari tahun ini dan sekarang berada di posisi 23,3%.

Beberapa pembuat kebijakan di kawasan Asia Tenggara masih berusaha untuk menyeimbangkan inflasi dan tantangan pertumbuhan yang menambah daya pikat utang mereka. Bank-bank sentral di Indonesia, Malaysia, dan Thailand sejauh ini telah memulai jalur pengetatan yang lebih moderat, yang sangat kontras dengan pergerakan hawkish di Amerika Latin.

Sejumlah faktor mungkin telah menguntungkan beberapa pihak. Investor akan didukung oleh rencana konsolidasi fiskal Indonesia, karena pemerintah menargetkan untuk mempersempit kesenjangan fiskal menjadi 2,85% dari produk domestik bruto pada tahun 2023.

Baca Juga: Industri Game Melambat, Nvidia Proyeksikan Pendapatan Turun di kuartal III

Namun, perubahan besar untuk kawasan ini akan menjadi tanda-tanda tekanan inflasi kian memuncak yang sejauh ini tidak terjadi di sebagian besar negara berkembang di Asia.

Di India, ekspektasi hawkish telah mereda untuk bank sentral setelah inflasi aktual meleset dari perkiraan ekonom selama tiga bulan berturut-turut, yang merupakan rentang terpanjang di antara negara selevel.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×