Sumber: Times of Israel,Bloomberg | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak ada kebebasan berpendapat di Kerajaan Arab Saudi. Bahkan warga Arab Saudi pun tak boleh mengkritik Israel yang sedang berperang melawan Pejuang Kemerdekaan Palestina Hamas.
Kantor Berita Bloomberg melaporkan, Arab Saudi telah meningkatkan penangkapan warga negaranya karena unggahan di media sosial terkait perang Israel-Hamas.
Kebijakan ini dilakukan ketika kerajaan tersebut mengisyaratkan kesiapannya mereka untuk menyetujui hubungan diplomatik dengan negara Yahudi tersebut. Pemulihan hubungan diplomatik Arab Saudi - Israel ini bisa dilakukan dengan syarat jika Israel tersebut berkomitmen kepada Kemerdekaan Negara Palestina.
Mengutip Bloomberg, Arab Saudi menahan warga karena berkomentar di ranah online – bahkan mereka yang berusia lebih dari 10 tahun.
Baca Juga: Kopi Indonesia Siap Gempur Pasar Arab Saudi
Sebagai gambaran pembatasan kebebasan berbicara dan berekspresi politik adalah hal yang biasa di Arab Saudi.
Namun, menurut diplomat dan kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Riyadh, serentetan penangkapan baru-baru ini dimotivasi oleh kekhawatiran keamanan, khususnya terkait dengan invasi mematikan Israel oleh Hamas pada 7 Oktober dan dampaknya.
Bloomberg melaporkan, warga Arab Saudi semakin banyak yang ditangkap karena berbagi sentimen anti-Israel di media sosial dalam beberapa bulan terakhir, di tengah kekhawatiran Riyadh bahwa perang antara Israel dan Hamas, serta serangan yang dilancarkan oleh proksi Iran lainnya, yang dikhawatirkan akan membuat negara-negara Arab terpuruk.
Di antara mereka yang ditahan baru-baru ini adalah seorang eksekutif dari sebuah perusahaan yang terlibat dalam rencana Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk memperkuat perekonomian.
Baca Juga: Menteri Agama Bawa 4 Kabar Baik dari Arab Saudi, Apa Saja?
Bloomberg melaporkan, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui masalah tersebut. Eksekutif dilaporkan telah membuat komentar tentang perang Gaza yang dianggap menghasut warga negara lainnya.
Tahanan lain dilaporkan menyerukan warga Saudi untuk memboikot merek-merek milik Amerika yang beroperasi di kerajaan Teluk tersebut.
Berbicara kepada Bloomberg, sumber yang dekat dengan pemerintah Saudi mengatakan bahwa penangkapan tersebut berasal dari kekhawatiran bahwa pengaruh pro-Iran akan membahayakan keamanan negara.
Laporan tersebut menyebutkan, belum ada angka pasti mengenai jumlah penangkapan yang dilakukan sejak 7 Oktober.
Tindakan keras ini terjadi ketika Amerika Serikat terus bekerja sama dengan Riyadh dalam menemukan jalan menuju normalisasi hubungan dengan Israel.
Dalam kunjungan ke negara Teluk awal pekan ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa upaya intensif telah dilakukan selama seminggu terakhir untuk mencoba mencapai kesepakatan untuk mencapai tujuan ini, dan bahwa kesepakatan tersebut “berpotensi hampir selesai. ”