CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -30.000   -1,94%
  • USD/IDR 15.740   98,00   0,62%
  • IDX 7.244   -140,01   -1,90%
  • KOMPAS100 1.117   -21,26   -1,87%
  • LQ45 887   -14,43   -1,60%
  • ISSI 220   -4,35   -1,94%
  • IDX30 457   -6,42   -1,38%
  • IDXHIDIV20 554   -6,30   -1,12%
  • IDX80 128   -2,00   -1,53%
  • IDXV30 139   -0,11   -0,08%
  • IDXQ30 153   -1,86   -1,20%

The Fed mungkin guyur pasar US$ 1 triliun


Jumat, 29 Oktober 2010 / 09:40 WIB
The Fed mungkin guyur pasar US$ 1 triliun
ILUSTRASI. Gedung Bank Indonesia


Reporter: Hari Widowati | Editor: Uji Agung Santosa

WASHINGTON. Rencana bank sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve (The fed) melonggarkan kebijakan moneter (quantitative easing) tahap kedua semakin dekat. Para pelaku pasar memprediksi, The Fed akan menggelontorkan dana US$ 500 miliar - US$ 1 triliun ke pasar secara bertahap.

Ada beberapa skenario yang bakal ditempuh bank sentral AS. Pertama, The Fed akan menyiapkan dana sebesar US$ 500 miliar untuk membeli obligasi pemerintah di pasar selama lima bulan atau lebih. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan penyaluran kredit dan mendukung pemulihan ekonomi, sehingga mampu mengurangi angka pengangguran.

Kedua, The Fed menyiapkan stimulus yang lebih besar, yaitu US$ 750 miliar hingga US$ 1 triliun. Angka ini lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar. Dengan memompa likuiditas ke pasar, bank sentral berharap ada inflasi naik dan AS terselamatkan dari ancaman deflasi.

Di sisi lain, kebijakan ini cukup berisiko karena tambahan likuiditas ini justru akan lari ke saham dan obligasi di negara-negara berkembang. Begitu pula dengan harga komoditas yang bakal naik tajam dan nilai tukar dollar AS melemah.

Ketiga, The Fed akan mengumumkan pembelian obligasi sebesar US$ 100 miliar per bulan, tanpa menyebutkan target keseluruhan dana yang akan diguyurkan ke pasar.

Keempat, The Fed membatasi anggaran pembelian obligasi pemerintah antara US$ 500 miliar hingga US$ 750 miliar. Maklum, sejak krisis finansial global merebak akhir 2008 silam, Fed telah menyuntikkan dana ke sektor perbankan AS sebesar US$ 2,3 triliun. Beberapa pejabat Fed khawatir, Fed akan sulit mempersiapkan exit policy jika likuiditas yang dipompakan ke pasar keuangan terlalu besar.

Kelima, The Fed hanya akan menggelontorkan dana dalam jumlah kecil ke pasar keuangan. Tetapi, opsi ini terlalu berisiko. Pasalnya, ekspektasi pasar sudah kelewat besar. Jadi, jika The Fed muncul dengan angka yang tidak signifikan, harga saham, obligasi, khususnya di bursa negara-negara berkembang, akan terpengaruh.

Negara berkembang jadi korban

Ekonom Biro Statistik Nasional China Lu Haiqi menilai, rencana The Fed memompakan likuiditas ke pasar keuangan akan berdampak buruk terhadap negara-negara berkembang. "Inflasi bakal naik, begitu pula harga aset di pasar negara-negara berkembang," kata Haiqi, seperti dikutip Shanghai Securities News, Kamis (28/10).

Kebijakan tersebut juga bakal memicu terjadinya perang nilai tukar dan perang dagang. Negara-negara berkembang juga bakal sulit menentukan kebijakan moneter mereka sendiri. "Nilai tukar dollar AS akan melemah sedangkan harga komoditas global, seperti minyak mentah dan biji-bijian melejit," jelas Haiqi. Dampaknya, tekanan inflasi di negara-negara berkembang semakin kuat.

Joseph Stiglitz, Profesor Ekonomi Columbia University mengatakan, masalah yang dihadapi AS saat ini bukan kekurangan likuiditas, melainkan penurunan permintaan. Jadi, tidak tepat jika bank sentral malah menambah likuiditas ke pasar. Yang terjadi, tambahan likuiditas tersebut malah lari ke negara berkembang.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×