Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sebelumnya diberitakan, dalam pertemuannya dengan para pemimpin Arab pada awal Desember lalu, Presiden China Xi Jinping mendorong penyelesaian perdagangan energi dalam yuan China.
Ini merupakan sebuah langkah yang dapat melemahkan dominasi global dolar AS dalam jangka panjang.
Mengutip Business Insider, menurut pernyataan dari kementerian luar negeri China, Xi mengatakan China akan terus mengimpor minyak dan gas dalam jumlah besar dari negara-negara Teluk dan melakukan penyelesaiannya dalam yuan China, atau RMB. Seperti yang diketahui, sebagian besar perdagangan dunia saat ini menggunakan mata uang dolar AS.
Namun, sayangnya, Xi tidak menjelaskan lebih jauh atau menentukan kapan perubahan itu akan berlaku. Tidak jelas apakah ada negara Teluk yang menerima proposal tersebut.
Akan tetapi, Arab Saudi —pengekspor minyak utama dunia— telah melakukan pembicaraan untuk menggunakan yuan dalam menyelesaikan penjualan energinya ke konsumen utama China.
Langkah seperti itu akan merusak peran dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia, memacu "de-dolarisasi."
"Orang Saudi memiliki banyak hal untuk dibeli dari China dan China memiliki banyak hal untuk dibeli dari Arab Saudi. Mengapa mereka harus bertransaksi dalam mata uang pihak ketiga dan menanggung semua biaya nilai tukar ini?" jelas Gal Luft, seorang direktur di lembaga think tank Institute for the Analysis of Global Security, mengatakan kepada CNBC pada hari Jumat.
China sudah menggunakan yuan untuk membeli energi Rusia. China memang memiliki ambisi untuk menjadikan yuan sebagai mata uang cadangan paling dominan di dunia, tetapi jalannya masih panjang, terutama karena Beijing masih mengelola nilai tukarnya dengan ketat.
Selain itu, yuan juga tidak sepenuhnya dapat dikonversi ke mata uang lain di pasar global saat ini.