Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Shutdown telah menyebabkan gangguan bisnis yang meluas. Produsen glovemaker dan kondom terbesar di dunia, keduanya berbasis di Malaysia, minggu ini memperingatkan kian berkurangnya pasokan global karena permintaan untuk produk mereka melonjak di tengah wabah virus.
Ekonomi Malaysia sudah terpukul karena pekerja dan pengusaha sama-sama berjuang untuk menutupi kenaikan biaya dan khawatir tentang keamanan pekerjaan.
Baca Juga: Mulai 1 April 2020, AirAsia Indonesia hentikan seluruh penerbangan
Pada hari Jumat, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengumumkan stimulus putaran kedua untuk melawan dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 terhadap penduduk dan pelaku bisnis yang paling terpukul, sehingga total paket dukungannya mencapai 250 miliar ringgit (US$ 57,3 miliar).
Dari jumlah ini, sekitar 100 miliar ringgit akan digunakan untuk membantu bisnis -kebanyakan usaha kecil dan menengah (UKM)-, sementara 128 miliar ringgit selanjutnya akan dialokasikan untuk kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga: Malaysia kucurkan stimulus kedua Rp 929,5 triliun, untuk apa saja?
Jumlah stimulus mencapai sekitar 17% dari PDB negara itu dan mencakup langkah-langkah senilai 20 miliar ringgit yang diumumkan bulan lalu oleh pemerintah sebelumnya.
Muhyiddin meyakinkan masyarakat Malaysia bahwa "tidak ada yang akan tertinggal", dan bahwa uang itu akan digunakan untuk menjaga rumah tangga berpenghasilan rendah serta membantu meningkatkan kemampuan kementerian kesehatan dalam memerangi virus corona.