Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - HOI AN. Topan Kalmaegi menerjang Vietnam pada Kamis (6/11/2025), memaksa pihak berwenang untuk membatalkan ratusan penerbangan dan mengimbau masyarakat untuk tetap di dalam rumah, dua hari setelah badai mulai melanda Filipina, menewaskan sedikitnya 114 orang.
Mengutip Reuters, Kamis (6/11/2025), topan Kalmaegi, dengan kecepatan angin hingga 149 kpj (93 mph), menurut Badan cuaca nasional, menerbangkan atap rumah dan menumbangkan pohon serta tiang telegraf. Badai tersebut menimbulkan gelombang setinggi 10 meter (30 kaki) saat menghantam pantai wilayah tengah, tambah badan tersebut.
Para pejabat menutup enam bandara dan pemerintah mengatakan lebih dari 260.000 orang di provinsi Gia Lai telah dievakuasi ke tempat aman. Kalmaegi adalah badai ke-13 yang melanda Vietnam tahun ini, dan termasuk yang terkuat.
Baca Juga: Filipina Tetapkan Keadaan Darurat, Korban Topan Kalmaegi Lebih dari 100 Orang
Pemerintah mengatakan telah menempatkan lebih dari 268.000 tentara dalam siaga untuk operasi pencarian dan penyelamatan. Pemerintah memperingatkan akan adanya banjir di daerah dataran rendah dan dampaknya terhadap pertanian, termasuk di Dataran Tinggi Tengah, wilayah penghasil kopi utama.
Petani Khawatirkan Hasil Panen
Saat badai mendekat, hotel dan rumah di sepanjang pantai Cua Dai dekat kota kuno Hoi An yang terdaftar di UNESCO ditutup.
Di dekat kota pesisir Hue, para petani masih memulihkan diri dari banjir minggu ini yang menewaskan 47 orang.
Petani padi Nguyen Van Rin, 42, mengatakan banjir terakhir telah menenggelamkan ternak dan unggasnya.
"Kalmaegi akan membanjiri kita untuk keempat kalinya dan saya khawatir banjirnya akan sangat parah," katanya setelah mengarahkan perahunya melintasi jalan sementara kendaraan bergerak perlahan di air.
Rumah-Rumah Rusak
Di Filipina, skala kerusakan akibat Kalmaegi semakin jelas pada hari Kamis ketika air banjir surut di provinsi Cebu yang paling parah terdampak, memperlihatkan rumah-rumah yang rata dengan tanah, kendaraan-kendaraan terbalik, dan jalan-jalan yang dipenuhi puing-puing.
Terdapat 127 orang yang masih dilaporkan hilang hingga Kamis malam dan upaya untuk mendistribusikan bantuan dan menemukan jenazah terhambat oleh skala kerusakan yang ditinggalkan oleh Kalmaegi, badai ke-20 yang melanda Filipina tahun ini.
Baca Juga: Korban Tewas Akibat Topan Kalmaegi di Filipina Mencapai 114 Orang
"Tantangannya sekarang adalah pembersihan puing-puing ... Puing-puing ini perlu segera dibersihkan, tidak hanya untuk memastikan keberadaan mereka yang hilang yang mungkin berada di antara puing-puing atau mungkin telah mencapai daerah aman, tetapi juga untuk memungkinkan operasi bantuan terus berjalan," ujar Raffy Alejandro, seorang pejabat senior pertahanan sipil, kepada radio DZBB.
Kehancuran akibat topan di Cebu terjadi lebih dari sebulan setelah gempa bumi berkekuatan 6,9 melanda pulau wisata tersebut, menewaskan puluhan orang dan membuat ribuan orang mengungsi.
Para peramal cuaca juga memantau badai yang sedang terjadi di sebelah timur Pulau Mindanao, Filipina, yang dapat menguat menjadi topan dan melanda negara itu awal pekan depan.
Beberapa orang di Cebu kembali dan mendapati rumah mereka hancur pada hari Kamis, sementara yang lain memulai pembersihan yang berat, membersihkan lumpur dari rumah dan jalan-jalan mereka.
Baca Juga: Topan Kalmaegi: 58 Tewas, Filipina Porak-poranda
"Semuanya hancur. Hanya lantai yang tersisa. Semuanya hanyut. Kami tidak punya barang-barang," kata Liza Becus saat kembali ke sisa-sisa gubuk yang ia bangun di Kota Talisay, Cebu.
Ia mengumpulkan logam dan lembaran besi untuk dijual agar ia bisa membeli beras untuk memberi makan ketujuh anaknya.
"Anak-anak saya tidak punya apa-apa," katanya. "Seragam, tas, dan semua barang kami hilang."













