Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Raksasa energi asal Prancis, TotalEnergies SE, bersama para mitranya resmi mencabut status force majeure atas proyek gas alam cair (LNG) senilai US$ 20 miliar di Mozambique, empat tahun setelah proyek tersebut dihentikan akibat serangan militan bersenjata.
Seorang juru bicara TotalEnergies mengatakan, pemberitahuan resmi telah disampaikan kepada pemerintah Mozambique melalui surat pada Jumat (25/10/2025).
Baca Juga: Perang Dagang Masih Membara, Trump Coba Redam Ketegangan dengan Xi Jinping di Busan
Meski demikian, perusahaan menegaskan proyek Mozambique LNG belum akan langsung dilanjutkan.
Proses restart akan dilakukan setelah pemerintah menyetujui anggaran dan jadwal terbaru.
“Sebelum proyek kembali dijalankan sepenuhnya, Dewan Menteri Mozambique perlu menyetujui addendum terhadap rencana pengembangan,” ujar perwakilan TotalEnergies.
TotalEnergies, selaku operator sekaligus pemegang saham utama, memperkirakan proyek dengan kapasitas 13 juta ton LNG per tahun itu baru akan beroperasi komersial pada tahun 2029, sekitar lima tahun lebih lambat dari jadwal semula.
Baca Juga: Alonso Pilih Bungkam Soal Sindiran Curang dari Yamal, Fokus Hadapi El Clasico
Biaya Bengkak hingga US$ 24 Miliar
Penundaan proyek selama empat tahun serta kebutuhan pengamanan tambahan telah menambah biaya investasi setidaknya US$ 4 miliar di atas nilai awal US$ 20 miliar, menurut pernyataan Bharat Petroleum, salah satu pemegang saham dari India, tahun lalu.
Para pemegang saham masih bernegosiasi dengan pemerintah Mozambique terkait pembagian beban biaya tambahan tersebut.
TotalEnergies juga menyebutkan bahwa sekitar 90% produksi LNG masa depan proyek ini telah dikontrak kepada pembeli jangka panjang seperti CNOOC (China), EDF (Prancis), dan Shell (Inggris).
Sebagian kecil hasil produksi akan dialokasikan untuk ENH, perusahaan energi nasional Mozambique.
Baca Juga: Kyrgyzstan Luncurkan Stablecoin Nasional Berbasis Binance
Proyek Strategis di Tengah Tantangan Keamanan
Mozambique menjadi salah satu pusat perhatian industri migas global setelah ditemukannya cadangan besar gas alam lepas pantai di kawasan utara negara tersebut.
Namun, gangguan keamanan sejak 2021 sempat menghentikan seluruh aktivitas proyek.
Kini, perhatian dunia tertuju pada kemampuan Mozambique menjaga stabilitas politik dan keamanan agar proyek besar ini dapat diselesaikan tepat waktu.
TotalEnergies melaporkan bahwa proyek Mozambique LNG saat ini telah mencapai 40% progres konstruksi.
Baca Juga: Pejabat Senior China: Reunifikasi Damai dengan Taiwan Jadi Jalan Terbaik
Sisa pekerjaan akan dilakukan dengan protokol keamanan ketat, di mana pekerja hanya akan diangkut melalui jalur udara atau laut.
Proyek ini dimiliki oleh TotalEnergies (26,5%), Mitsui Jepang (20%), ENH Mozambique (15%), Bharat Petroleum (10%), Oil India (10%), ONGC Videsh (10%), dan PTTEP Thailand (8,5%).













