Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menguji kemampuan lobi dan negosiasinya dalam lawatan ke Asia, kawasan yang sempat terpukul oleh kebijakan perdagangannya.
Fokus utama perjalanan ini adalah upaya untuk mencapai kesepakatan dengan Presiden China Xi Jinping di tengah meningkatnya ketegangan ekonomi antara kedua negara.
Trump, yang berangkat dari Washington pada Jumat malam (24/10/2025), akan menjalani kunjungan selama lima hari ke Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan perjalanan terpanjangnya ke luar negeri sejak menjabat kembali pada Januari lalu.
Baca Juga: PM Thailand Akan Teken Gencatan Senjata dengan Kamboja Disaksikan Trump di Malaysia
Gedung Putih menyatakan, Trump berupaya menandatangani serangkaian kesepakatan terkait perdagangan, mineral kritis, dan gencatan senjata sebelum pertemuan tatap muka dengan Xi di Busan, Korea Selatan, pada Kamis mendatang.
Ia juga berusaha mempertahankan pencapaian diplomatik utamanya di masa jabatan kedua, gencatan senjata rapuh antara Israel dan Gaza di tengah berlanjutnya perang Rusia-Ukraina dan ketegangan dagang dengan China.
Tarik-Ulur AS-China di Bidang Teknologi dan Mineral Kritis
Washington dan Beijing saling menaikkan tarif ekspor dan mengancam akan menghentikan perdagangan di sektor teknologi tinggi dan mineral penting.
Meskipun begitu, baik AS maupun China tidak berharap akan ada terobosan besar dalam pertemuan kali ini.
Baca Juga: Konflik Memanas, Trump Tempatkan Kapal Induk Terbesar AS di Amerika Latin
Menurut sumber yang mengetahui pembicaraan awal, agenda pertemuan lebih difokuskan pada pengelolaan perbedaan pandangan dan langkah kecil menuju perbaikan hubungan.
Kesepakatan sementara mungkin meliputi pelonggaran tarif terbatas atau kesediaan China membeli produk AS seperti kedelai dan pesawat Boeing.
Sebagai imbalan, AS dapat melonggarkan pembatasan ekspor chip berteknologi tinggi, sementara China membuka kembali akses ekspor magnet tanah jarang.
Namun, hasil akhir masih belum pasti bahkan bisa saja tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut rencana pertemuan Trump-Xi sebagai “pull-aside”, alias pertemuan singkat tanpa agenda resmi.
Namun Trump kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa ia berharap bisa mengadakan “pertemuan panjang” untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang menggantung.
Pihak China sejauh ini belum mengonfirmasi jadwal pertemuan tersebut.
Baca Juga: AS Luncurkan Investigasi Tarif Baru ke China atas Dugaan Pelanggaran Fase Pertama
Rangkaian Kunjungan dan Agenda Politik Trump di Asia
Trump dijadwalkan menghadiri KTT ASEAN di Kuala Lumpur pada Minggu (26/10/2025), di mana ia juga akan menyaksikan penandatanganan perjanjian gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja.
Di Jepang, ia akan bertemu Perdana Menteri Sanae Takaichi yang diperkirakan akan menegaskan komitmen investasi sebesar US$550 miliar ke AS serta peningkatan anggaran pertahanan Tokyo.
Selanjutnya, Trump menuju Busan, Korea Selatan, untuk menghadiri KTT perdagangan internasional dan kemungkinan pertemuan dengan Xi. Ia dijadwalkan kembali ke Washington sebelum pertemuan tingkat tinggi APEC dimulai.
Trump telah mengancam akan menaikkan tarif terhadap produk impor China hingga total 155% mulai 1 November jika kesepakatan tak tercapai.
Baca Juga: Donald Trump Siap Uji Kemampuan Diplomasi di Asia, Fokus Hadapi Xi Jinping
Langkah itu hampir pasti akan memicu respons balasan dari Beijing dan mengakhiri jeda dalam perang tarif antara kedua negara.
Selain perdagangan, isu sensitif seperti Taiwan, hubungan China dengan Rusia, serta pembelian minyak Rusia oleh Beijing juga akan masuk dalam agenda pembicaraan.
Trump mengatakan ia juga akan menyinggung kasus Jimmy Lai, pendiri media pro-demokrasi Apple Daily di Hong Kong, yang kini dipenjara berdasarkan undang-undang keamanan nasional China.
“Itu ada dalam daftar saya. Saya akan menanyakan soal itu ... kita lihat nanti hasilnya,” ujar Trump sebelum berangkat.
Hubungan Dagang Lain Masih Menggantung
Masih belum jelas apakah Trump akan mencoba melanjutkan negosiasi dagang dengan Perdana Menteri Kanada Mark Carney, setelah sebelumnya ia memutuskan pembicaraan secara sepihak.
Baca Juga: Pengampunan Trump untuk Changpeng Zhao Picu Spekulasi Kembalinya Binance ke Pasar AS
Trump juga sedang menargetkan kesepakatan perdagangan baru dengan Malaysia dan India, sekaligus memperkuat perjanjian yang telah ada dengan Korea Selatan.
Namun hubungan Washington–Seoul sempat menegang karena desakan Trump agar perusahaan-perusahaan Korea menambah investasi di AS hingga US$350 miliar, serta kebijakan deportasi tenaga kerja asing asal Korea.
Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung berharap Trump juga mau kembali membangun dialog damai dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, meski Gedung Putih menegaskan tidak ada rencana pertemuan semacam itu dalam jadwal resmi.
“Menjangkau Korea Utara bukan hal yang mudah,” kata Trump.
“Tapi kalau mereka ingin bicara, saya terbuka untuk itu. Hanya saja, mereka tidak punya banyak sambungan telepon.”













