kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

TPP berganti menjadi CPTPP, siapa paling diuntungkan dari perjanjian dagang tanpa AS?


Jumat, 09 Maret 2018 / 12:43 WIB
TPP berganti menjadi CPTPP, siapa paling diuntungkan dari perjanjian dagang tanpa AS?
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 11 anggota Trans-Pacific Partnership (TPP) kemarin (8/3) menandatangani revisi perjanjian tanpa Amerika Serikat. Nama perjanjian perdagangan bebas ini pun baru, yaitu Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP).

Meski tanpa AS, free trade agreement (FTA) ini dianggap tetap bisa memberi keuntungan dagang bagi anggotanya. Tapi, memang tak sebesar jika AS ikut dalam kerja sama ini. 

Sekadar menyegarkan ingatan, TPP merupakan perjanjian perdagangan antara 12 negara, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Meksiko, Kanada, Australia, Selandia Baru, Vietnam, Peru, Cile, Malaysia, Singapura, dan Brunei.

Tapi, Presiden AS Donald Trump di hari pertama kerjanya 2017 lalu menandatangani pernyataan keluar dari TPP. Ini pun menjadi deklarasi Trump bahwa AS menarik diri dari berbagai perjanjian perdagangan multinasional. 

Masih menguntungkan

Peterson Institute for International Economics (PIIE), seperti dikutip Moody's melihat, perjanjian CPTPP tetap bisa menguntungkan 11 negara anggotanya, dengan potensi pendapatan ekonomi US$ 157 miliar. Tapi, memang jauh lebih sedikit jika dibandingkan versi original TPP (dengan AS) dengan nilai ekonomi sampai US$ 465 miliar. 

Negara yang paling kehilangan keuntungan dari hengkangnya AS menurut PIIE, adalah Vietnam, Malaysia, dan Jepang. Vietnam misalnya, nilai ekspor riilnya akan lebih besar 8,8% di tahun 2030 ketika tanpa CPTPP, tapi bisa berkembang sampai 30% jika dengan TPP. 

Moody's melihat, Kanada dan Meksiko akan menarik lebih banyak investasi dari anggota CPTPP, terutama dari negara-negara Asia Tenggara yang sebelumnya mencari akses lebih besar ke pasar AS. Apalagi, diperkirakan, kerja sama Kanada dan Meksiko akan lebih erat dalam revisi NAFTA 2.0 yang tengah dinegosiasikan bersama AS saat ini. 

Uniknya, Malaysia dan Vietnam juga menjadi negara yang bakal paling memanfaatkan kesempatan CPTPP. Malaysia misalnya, memiliki peluang lebih besar masuk Kanada dan Meksiko untuk tujuan ekspor minyak kelapa sawit, karet, dan barang-barang elektronik.

Begitu juga Vietnam yang bukan hanya membidik pasar Kanada, Meksiko, dan Peru, tapi juga akses lebih besar ke Jepang dan Australia. Vietnam akan mengandalkan produk-produk ekspornya seperti garmen dan tekstil, alas kaki, dan manufaktur padat karya lainnya. 

Asia 5

Negara member CPTPP akan lebih memberikan hasil lagi jika menggandeng negara-negara di Asia lainnya. Beberapa negara Asia yang menunjukkan minat bergabung CPTPP antara lain Thailand, Indonesia, Filipina, Taiwan, dan Korea Selatan. 

PIIE menghitung, masuknya lima negara Asia tersebut akan menghasilkan keuntungan pendapatan riil sebesar US$ 486 miliar untuk negara anggota.

"Meskipun beberapa negara, terutama Thailand, Indonesia, dan Korea awalnya akan mengalami pelemahan ekspor pada implementasi perjanjian dagang karena perdagangan dialihkan ke anggota CPTPP, tapi pendapatan riil mereka akan naik signifikan jika selanjutnya bergabung dengan pakta ini," tulis Moody's dalam rilis resminya, Jumat (9/3).

CPTPP ini pun akan lebih menguntungkan lagi jika menarik minat kerja sama baru dari China atau negara Eropa. Saat ini, dalma catatan Moody's, CPTPP sudah menarik minat dari Inggris. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×