Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Aktivitas merger dan akuisisi (M&A) global tumbuh lambat pada kuartal kedua. Namun banyak pembuat kesepakatan optimistis transaksi akan naik pada paruh kedua tahun ini.
Suku bunga yang sangat tinggi, kondisi peraturan yang tidak bersahabat serta pasar saham yang lesu, membuat valuasi menjadi mahal dan membebani pembuatan kesepakatan dalam tiga bulan terakhir. Jumlah kesepakatan yang ditandatangani secara global pada kuartal kedua turun 21% menjadi 7.949 kesepakatan.
Menurut data Dealogic, seperti dikutip Reuters, nilai kesepakatan tumbuh 3,7% menjadi US$ 769,1 miliar. Jumlah kesepakatan dengan nilai US$ 10 miliar atau lebih turun menjadi enam kesepakatan pada kuartal tersebut, dari delapan pada periode tahun lalu.
Baca Juga: Pendapatan Bisnis M&A di Asia Merosot ke Level Terendah
Akuisisi yang terjadi di antaranya akuisisi Marathon Oil oleh ConocoPhillips senilai US$ 22,5 miliar, akuisisi Endeavour Group Holdings oleh Silver Lake serta akuisisi Shockwave Medical oleh Johnson & Johnson, yang nilainya sama-sama US$ 13 miliar.
Mulai pulih
Meski begitu para investment banking dan pengacara M&A menyebut, pipeline di paruh kedua tahun ini masih cukup tinggi ini. "Kepercayaan CEO sangat tinggi dan meskipun ada banyak risiko geopolitik yang terjadi, masyarakat juga merasa cukup baik terhadap prospek ekonomi," kata Damien Zoubek, Co-Head Freshfields Bruckhaus Deringer.
Beberapa penasihat mencatat nilai kesepakatan mulai pulih dan kembali ke tingkat sebelum pandemi di 2018-2019. Kala itu, volume kesepakatan rata-rata mencapai US$ 4 triliun per tahun.
Laju aktivitas pembelian yang dipimpin oleh perusahaan private equity melonjak 41% jadi US$ 286 miliar pada semester pertama. Kenaikan ini dibantu tingginya jumlah transaksi take-private, alias akuisisi perusahaan terbuka yang diikuti aksi go-private.
Ini jadi sinyal aksi leveraged buyout dalam jumlah besar akan pulih dalam waktu dekat. "Paruh kedua tahun ini jadi pendorong revitalisasi nyata dalam aktivitas ekuitas swasta," kata Jay Hofmann, Kepala Bagian M&A JPMorgan.
Volume M&A di AS turun 3% selama kuartal kedua tahun ini menjadi US$ 324,4 miliar. Namun, aktivitas transaksi di Eropa melonjak 27%. Sementara kesepakatan di Asia Pasifik turun 18%.
Baca Juga: Nasib Saham Bukalapak (BUKA), Harga Saham Anjlok dan Dilepas Investor Asing
"Kami telah melihat Eropa bangkit kembali pada kuartal ini karena Eropa menawarkan valuasi menarik, tingkat suku bunga yang moderat dan latar belakang makro yang membaik, meskipun ada ketidakpastian politik," kata Cathal Deasy, Kepala Invesment Banking Global Barclays.