kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.202   22,00   0,14%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Tren Inflasi Tinggi Masih Menjalar ke Sejumlah Negara Ekonomi Utama


Rabu, 11 Mei 2022 / 15:39 WIB
Tren Inflasi Tinggi Masih Menjalar ke Sejumlah Negara Ekonomi Utama
ILUSTRASI. Seorang staf meletakkan makanan laut di sebuah supermarket menyusul penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) di Beijing, China, Rabu (11/11/2020). REUTERS/Thomas Peter


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan inflasi tinggi terus menjalar ke berbagai negara ekonomi utama. Inflasi China pada April  misalnya, melebihi prediksi ekonom. Inflasi sektor konsumen atau indeks harga konsumer (IHK) mencapai 2,1% dari 1,5% pada bulan sebelumnya mengutip Bloomberg pada Rabu (1/5).

Sedangkan inflasi sektor produsen atau Producer Price Index (PPI) 8% dari 8,3% pada bulan sebelumnya. Sementara ekonom sebelumnya memproyeksi IHK 1,8% dan IPP 7,8%.

Sementara harga komoditas beringsut turun dari tingkat yang sangat tinggi yang dipicu oleh perang di Ukraina. Namun biaya tetap tinggi sehingga menekan keuntungan produsen. Wabah Covid di China dan pembatasan yang dimaksudkan untuk menahannya secara tidak langsung telah menambah biaya operasional, mempersulit pabrik untuk mempertahankan produksi, memperoleh bahan baku, dan mengirimkan barang jadi.

Ahli Statistik Senior di Biro Statistik Nasional (NBS) Dong Lijuan menyatakan kenaikan inflasi konsumen disebabkan oleh wabah virus dan harga komoditas global yang lebih tinggi. 

Baca Juga: Impor Batubara China dari Rusia pada Bulan April 2022 Catatkan Rekor

“Pembelian panik dan penimbunan terjadi di antara konsumen ikut mendorong permintaan. Namun, ketika gangguan rantai pasokan secara bertahap diselesaikan, tekanan inflasi dapat memudar,” papar Sedangkan Zhang Zhiwei, presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management. 

Meskipun angka inflasi lebih tinggi dari perkiraan, Zhang mengatakan masalah ini tidak menjadi perhatian para pembuat kebijakan. Tantangan utama tetap keseimbangan antara menahan wabah omicron dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi. 

Indeks acuan CSI 300 China naik sebanyak 1,7%, memperpanjang kenaikan Selasa sementara Indeks ChiNext naik 3,3%. Reli terjadi ketika kasus virus di China menurun, meningkatkan sentimen di antara para pedagang.

Makanan menjadi lebih mahal pada bulan April karena beberapa area dikunci untuk menahan penyebaran Covid. Biaya sayuran segar melonjak 24% dari tahun lalu, dibandingkan dengan kenaikan 17,2% pada bulan Maret, data NBS menunjukkan. 

Harga daging babi terus turun, terjun 33,3%. Harga grosir sayur mayur di minggu pertama Mei terus turun dari level di bulan April, namun masih hampir 12% di atas harga di minggu yang sama tahun lalu.

Baca Juga: WHO: Strategi Nol-COVID di China Tidak Berkelanjutan

Lonjakan 28% dalam biaya bahan bakar juga berkontribusi pada harga konsumen yang lebih tinggi. Harga bahan bakar kendaraan naik tercepat dari semua metrik pada indeks harga konsumen (CPI). Sedangkan Core CPI, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, naik 0,9%, dibandingkan dengan kenaikan 1,1% di bulan Maret.

Penguncian di Shanghai mengancam untuk memperburuk tekanan rantai pasokan global dan kekhawatiran inflasi, menurut ekonom di Fitch Ratings. Para ekonom mengutip penurunan volume lalu lintas barang Shanghai pada bulan April dan awal Mei yang mengakibatkan simpanan di pelabuhan Shanghai sebagai kontributor masalah tersebut, menurut catatan penelitian yang diterbitkan Selasa sebelum data inflasi China dirilis.  

“Dengan Shanghai menangani sekitar seperlima dari volume pelabuhan China dan China menyumbang 15% dari ekspor barang dagangan dunia, kekurangan barang-barang manufaktur dapat meningkat, menambah tekanan inflasi global yang ada. Saluran ini kemungkinan akan lebih besar daripada efek pertumbuhan yang lebih lambat di China terhadap inflasi global melalui melemahnya permintaan dan harga komoditas,” tulis para ekonom Fitch. 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×