Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perusahaan pemeringkat dunia, Moody's, memangkas outlook untuk bank investasi global dari "positif" menjadi "stabil" pada Selasa (27/8). Moody's beralasan, pemangkasan ini akibat dari perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tren suku bunga rendah atau negatif dunia.
Menurut Moody's, sejumlah bank investasi global -termasuk Goldman Sachs, JPMorgan, HSBC, dan Deutsche Bank- akan mengalami tekanan terhadap labanya dalam 12 hingga 18 bulan ke depan. Selain itu, para bank investasi itu juga akan mengalami penurunan jumlah aktivitas klien akibat meningkatnya ketidakpastian global.
Baca Juga: Sinyal resesi Amerika Serikat makin menguat
"Outlook stabil untuk bank investasi global merefleksikan ekspektasi kami bahwa keuntungan bank investasi global mungkin telah mencapai puncak dalam siklus ekonomi ini," jelas Ana Arsov, managing director Moody's dalam risetnya.
Moodys juga menulis, banyak bank sentral dunia telah mengambil posisi putar balik (U-turn) untuk kebijakan moneternya. Misalnya saja dengan memangkas suku bunga acuan untuk mendongkrak pinjaman.
Di sisi lain, suku bunga rendah, menghambat kemampuan bank untuk mendulang laba. Sementara, kenaikan suku bunga sangat baik bagi bank karena membuat mereka mampu meminjamkan dana kepada investor dengan bunga menarik.
Baca Juga: Moody's sebut perang dagang bisa meningkatkan pasokan produk tekstil asal China
Tensi geopolitik
Hasil riset juga menunjukkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi serta tingginya tingkat utang perusahaan dapat memicu tingginya beban yang harus ditanggung bank investasi. Meskipun kebijakan yang akomodatif dari bank sentral dapat menyokong kondisi finansial, risiko perlambatan yang tajam semakin tinggi, khususnya jika perang dagang dan tensi politik kian memanas.
Menurut Moody's, saat ini investor juga tengah fokus pada jauhnya spread antara yield surat utang AS bertenor 10 tahun dan dua tahun, yang kurvanya terbalik dalam beberapa pekan terakhir. Banyak pihak yang menilai, kondisi tersebut merupakan indikasi terjadinya resesi. Dan, kata Moody's, ini juga risiko lain bagi bank.
Baca Juga: Kecemasan meningkat, Trump mengalah dan tunda menaikkan tarif China
"Ini mendorong kecemasan karena resesi yang terjadi pada 1980, 1982, 1990, 2000, dan 2007 semuanya dimulai dari berbaliknya kurva yield," jelas Russ Mould, investment director AJ Bell.
Dia menambahkan, prospek terjadinya resesi membuat cemas investor yang terekspos aset-aset berisiko, seperti saham dan komoditas.