Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, Presiden Donald Trump akan mengumumkan bahwa Pfizer berencana untuk menurunkan harga beberapa obatnya di Amerika Serikat.
Mengutip Reuters, Selasa (30/9/2025), Gedung Putih juga berencana untuk meluncurkan situs web langsung ke konsumen bagi warga Amerika untuk membeli obat, yang disebut TrumpRx, tambah pejabat tersebut.
Pfizer akan meluncurkan penjualan beberapa obatnya langsung ke konsumen melalui situs web tersebut.
Produsen obat yang berbasis di New York ini juga akan mengumumkan dorongan sebesar US$ 70 miliar untuk penelitian dan pengembangan serta manufaktur dalam negeri, kata pejabat tersebut.
Baca Juga: Hadapi Kenaikan Tarif Obat-obatan Trump, Inggris Tawarkan Pembayaran lebih Mahal
Trump mengirimkan surat kepada 17 perusahaan farmasi terkemuka pada bulan Juli untuk meminta mereka memangkas harga obat agar setara dengan harga yang dibayarkan di luar negeri – sebuah kebijakan yang disebut presiden sebagai penetapan harga negara paling disukai (most favored nation pricing).
Ia meminta mereka untuk menanggapi dengan komitmen yang mengikat paling lambat 29 September.
Pfizer akan menjadi perusahaan pertama yang mengumumkan kesepakatan. Juru bicara perusahaan tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
AS telah terlibat dalam pembicaraan empat mata dengan perusahaan-perusahaan tersebut, ujar Menteri Kesehatan Robert F. Kennedy Jr. dalam rapat kabinet bulan lalu, menambahkan bahwa Menteri Perdagangan Howard Lutnick memanfaatkan ancaman tarif terhadap industri tersebut untuk mendapatkan pengaruh tambahan.
Baca Juga: Trump Menaikkan Tarif Obat Bermerek 100%, Alat Berat 25% dan Furnitur 50%
Trump menandatangani perintah eksekutif yang luas pada bulan Mei yang menuntut produsen obat untuk memangkas harga obat-obatan AS agar setara dengan harga di luar negeri, dengan menyatakan bahwa jika perusahaan tidak mematuhi, pemerintah dapat menggunakan peraturan untuk menurunkan harga atau mengambil langkah-langkah lain, seperti mengimpor obat-obatan yang lebih murah dari luar negeri.
Pasien di AS sejauh ini membayar paling mahal untuk obat resep, seringkali hampir tiga kali lipat lebih mahal daripada di negara maju lainnya.
Negara ini juga berinvestasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan farmasi. Perusahaan farmasi menyatakan bahwa pemotongan harga yang drastis akan menghambat inovasi.