Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar mengejutkan sekaligus memancing gelak tawa datang dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan dirinya sebagai pilihan utama untuk menggantikan mendiang Paus Fransiskus.
Dalam pernyataan yang terdengar seperti satire politik namun disampaikan secara serius, Trump menyebut dirinya sebagai kandidat ideal untuk posisi tertinggi dalam Gereja Katolik Roma.
Paus Fransiskus Wafat: Akhir dari Era Kepemimpinan Sosial
Mengutip ladbible, Paus Fransiskus (Jorge Mario Bergoglio) wafat pada Senin Paskah, 21 April, akibat stroke otak yang menyebabkan koma dan kegagalan jantung permanen. Dikenal sebagai “Paus Rakyat”, ia dikenang karena kepeduliannya terhadap kaum miskin dan marginal.
"Ia adalah paus bagi yang miskin, yang tertindas, dan yang terlupakan," ujar Sir Keir Starmer, pemimpin Partai Buruh Inggris.
Pemilihan penggantinya dijadwalkan pada 7 Mei di Kapel Sistina, di mana lebih dari 100 kardinal akan berkumpul dalam proses konklaf yang sangat rahasia.
I was excited to hear that President Trump is open to the idea of being the next Pope. This would truly be a dark horse candidate, but I would ask the papal conclave and Catholic faithful to keep an open mind about this possibility!
The first Pope-U.S. President combination has… pic.twitter.com/MM9vE5Uvzb — Lindsey Graham (@LindseyGrahamSC) April 29, 2025
Syarat Menjadi Paus: Siapa yang Layak?
Meskipun secara teknis siapa pun bisa menjadi paus, Gereja Katolik memiliki sejumlah persyaratan ketat yang membuat klaim Trump terdengar sangat tidak masuk akal. Syarat-syarat tersebut antara lain:
-
Laki-laki
-
Telah dibaptis dalam Gereja Katolik
-
Belum menikah
-
Berusia minimal 35 tahun
-
Memiliki studi mendalam dalam Alkitab, teologi, atau hukum kanon
Trump sendiri adalah Kristen non-denominasi, bentuk Protestanisme yang tidak berada dalam struktur Katolik.
Baca Juga: Kepala Staf Trump Bongkar Peran Besar Elon Musk di Gedung Putih Usai Tinggalkan DOGE!
Pernyataan Trump: Ambisi Tak Terbendung atau Strategi Politik?
Saat ditanya siapa yang ia anggap layak menggantikan Paus Fransiskus, Trump menjawab tanpa ragu:
"Saya ingin jadi Paus. Itu pilihan nomor satu saya."
Komentar ini, seperti banyak pernyataannya sebelumnya, langsung memancing reaksi publik dan media. Tak hanya karena tidak memenuhi syarat dasar, tapi juga karena posisi Paus seharusnya bebas dari ambisi politik dan kepentingan duniawi.
Respons dari Lingkaran Politik AS
Menariknya, Senator Lindsey Graham, sekutu Trump dari Partai Republik, turut meramaikan diskusi dengan unggahan satir di media sosial:
"Saya senang mendengar bahwa Presiden Trump terbuka untuk menjadi Paus berikutnya. Ini memang kandidat kuda hitam, tapi saya harap konklaf dan umat Katolik bisa tetap berpikiran terbuka. Kombinasi Paus–Presiden pertama di dunia punya banyak potensi."
Graham bahkan menambahkan tagar "Trump MMXXVIII", seolah menyiratkan kampanye kepausan layaknya pilpres.
Baca Juga: Baru Terpilih, PM Kanada Langsung Serang Trump dengan Sindiran Pedas!
Insiden di Pemakaman Paus Fransiskus
Kehadiran Trump di pemakaman Paus juga menimbulkan kontroversi. Ia dikritik karena:
-
Mengenakan busana yang dianggap tidak pantas
-
Terlihat berbincang serius dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, di tengah suasana duka
Perilaku ini dianggap tidak menghormati momen sakral oleh banyak umat Katolik dan pengamat protokol internasional.