Sumber: CNBC | Editor: Mesti Sinaga
Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk singgah di Arab Saudi dalam lawatan luar negeri pertamanya, merupakan sebuah sukses besar bagi wakil putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman. Pujian ini disampaikan seorang pakar Timur Tengah kepada CNBC, Jumat (19/5/2017).
Trump akan memulai kunjungan kenegaraan pertamanya pada Jumat (19/5/2017). Dia akan melakukan serangkaian kunjungan yang dimulai dari Arab Saudi, lalu dilanjutkan kunjungan ke Israel dan Vatikan. Selanjutnya Trump akan menghadiri pertemuan puncak NATO ke-28 di Belgia dan Pertemuan G7 ke-43 di Taormina, Italia .
Arab Saudi menjadi negara pertama yang dikunjungi Trump setelah negara tersebut melakukan berbagai upaya, termasuk menjadwal ulang acara. Upaya ini menandai perubahan yang mencolok dalam hubungan AS - Arab Saudi yang tegang di era pemerintahan Obama.
Wakil Pangeran Mahkota, “Yang mengorkestrasi, mengatur dan menyetujui semuanya," ujar Bernard Haykel, profesor studi Timur Dekat di Universitas Princeton, kepada "Squawk Box" CNBC.
"Mayoritas negara-negara Arab akan berada di sana (Arab Saudi), dan setidaknya 50 negara Islam," kata Haykel, “Presiden Donald Trump akan berpidato...dan mereka akan membuka sebuah center besar untuk memerangi ekstremisme dan (mendukung) Islam moderat,” imbuh Heykel.
Pangeran Mohammed bin Salman, yang berusia 31 tahun, telah mengambil peran sentral dalam upaya Arab Saudi membangun ekonominya di luar industri minyak. Dia memegang tanggung jawab utama untuk sektor militer dan energi kerajaan.
Pada bulan Maret lalu, Pangeran Salman bertemu Trump di Gedung Putih, dan sepakat bahwa Iran merupakan ancaman keamanan regional.
Berbeda dengan sikap Gedung Putih di era Obama, pemerintahan Trump tampaknya bergerak menuju pendekatan AS yang lebih tradisional yang mendukung Arab Saudi atas musuh regional dan religiusnya, Iran.