kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Trump mempertimbangkan delisting perusahaan China dari pasar AS


Sabtu, 28 September 2019 / 05:45 WIB
Trump mempertimbangkan delisting perusahaan China dari pasar AS
ILUSTRASI. Bursa AS


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tengah mempertimbangkan delisting perusahaan-perusahaan China dari bursa saham Amerika Serikat. Mengutip Reuters, tiga sumber yang mengetahui masalah ini menjelaskan pada Jumat (27/9), langkah ini akan menjadi eskalasi radikal dari ketegangan perdagangan AS-China.

Dua sumber menambahkan, langkah ini juga akan menjadi bagian dari upaya yang lebih luas untuk membatasi investasi AS di perusahaan China. Sementara itu, satu sumber lain mengatakan, langkah ini dipicu oleh kekhawatiran keamanan adminisrtasi Trump tentang pertumbuhan kegiatan perusahaan-perusahaan China yang listing di bursa Amerika.

Indeks--indeks saham utama AS tergelincir gara-gara berita tersebut.

Saham Alibaba Group Holding, JS.com, Baidu anjlok sekitar 4%-7% pada perdagangan sore hari.

Pada Juni, anggota parlemen AS menginisiasi RUU untuk memaksa perusahaan China yang listing di bursa saham AS untuk tunduk pada peraturan pengawasan, termasuk menyediakan akses ke audit, atau terancam delisting dari bursa AS.

Otoritas China sudah lama enggan membiarkan regulator di luar negeri untuk memeriksa akuntansi perusahaan lokal, termasuk perusahaan anggota dari empat besar jaringan  akuntansi internasional, dengan dalih kekhawatiran keamanan nasional.

"China seharusnya tidak lagi diizinkan untuk melindungi perusahaan China yang terdaftar di AS untuk mematuhi hukum dan peraturan transparansi dan akuntabilitas keuangan di AS," kata Senator Republik Marco Rubio pada saat itu.

Baca Juga: Siapa whistleblower kasus yang membawa Donald Trump diujung pemakzulan?

Sumber ketiga mengatakan, gagasan delisting adalah salvo terbaru dalam perselisihan yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini.

"Ini adalah prioritas yang sangat tinggi untuk administrasi. Perusahaan-perusahaan China yang tidak mematuhi proses Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik (PCAOB) menimbulkan risiko bagi investor AS," jelas sumber tersebut.

Bloomberg melaporkan, setiap rencana harus disetujui oleh Trump yang telah memberikan lampu hijau untuk diskusi.

Mengutip tiga sumber tersebut, para pejabat juga memeriksa bagaimana AS membatasi perusahaan-perusahaan China yang mask dalam indeks saham yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan AS.

NYSE menolak berkomentar pada hari Jumta, sementara Nasdaq, MSCI, S&P dan FTSE Russell tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Perundingan dagang antara AS dan China akan digelar 10 Oktober-11 Oktober mendatang. Sementara gagasan delisting dapat menjadi manuver di depan perundingan itu. 

Salah satu sumber mengatakan, tujuan utamanya adalah untuk menangkal fusi sipil-militer dari perusahaan teknologi China, program pengembangan industri buatan China 2025 yang menargetkan industri utama untuk dominasi dan negara pengawasan yang berkembang di Xinjiang.

Sumber itu mengatakan, ada kekhawatiran lama tentang modal AS yang memungkinkan kegiatan ini, terutama karena batas yang samar antara perusahaan milik negara dan perusahaan swasta di China.

"Semuanya sangat mengganggu, hanya menambah ketidakpastian dan negatif besar untuk investasi bisnis," kata Scott Brown, kepala ekonomi di bank investasi Raymond James seperti dikutip Reuters.

Dia mencatat, bagaimanapun kedua belah pihak akan menggunakan gerakan agresif di masa lalu menjelang perundingan dagang.

"Anda tidak pernah tahu apakah itu taktik untuk mendapatkan pengaruh," katanya.

Baca Juga: Trump kembali peringatkan Google terkait aktivitas bisnisnya di China

Dalam pidatonya di depan PBB Selasa lalu, Trump mengkritik praktik perdagangan China. Tetapi pada hari berikutnya kembali membuka harapan bahwa perang dagang akan segera berakhir.

"Mereka ingin membuat kesepakatan dengan sangat buruk.. Itu bisa terjadi lebih cepat dari yang dna kira," kata Trump Rabu.

Sementara itu, China menyatakan tidak mengizinkan perusahaannya untuk tunduk pada pengawasan PCAOB karena aturan yang melarang penyimpanan, pemrosesan atau transfer materi apapun yang dianggap sebagai rahasia negara atau masalah keamanan nasional.

Manajer hedge fund A.Kyle Bass, mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan china harus patuh pada aturan AS jika mereka ingin menjual sahamnya kepada investor AS.

"AS harus mewajibkan sekuritas yang dijual di AS untuk mematuhi hukum efek di AS," tulis Bass di Twitter.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×