Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
Perundingan dagang antara AS dan China akan digelar 10 Oktober-11 Oktober mendatang. Sementara gagasan delisting dapat menjadi manuver di depan perundingan itu.
Salah satu sumber mengatakan, tujuan utamanya adalah untuk menangkal fusi sipil-militer dari perusahaan teknologi China, program pengembangan industri buatan China 2025 yang menargetkan industri utama untuk dominasi dan negara pengawasan yang berkembang di Xinjiang.
Sumber itu mengatakan, ada kekhawatiran lama tentang modal AS yang memungkinkan kegiatan ini, terutama karena batas yang samar antara perusahaan milik negara dan perusahaan swasta di China.
"Semuanya sangat mengganggu, hanya menambah ketidakpastian dan negatif besar untuk investasi bisnis," kata Scott Brown, kepala ekonomi di bank investasi Raymond James seperti dikutip Reuters.
Dia mencatat, bagaimanapun kedua belah pihak akan menggunakan gerakan agresif di masa lalu menjelang perundingan dagang.
"Anda tidak pernah tahu apakah itu taktik untuk mendapatkan pengaruh," katanya.
Baca Juga: Trump kembali peringatkan Google terkait aktivitas bisnisnya di China
Dalam pidatonya di depan PBB Selasa lalu, Trump mengkritik praktik perdagangan China. Tetapi pada hari berikutnya kembali membuka harapan bahwa perang dagang akan segera berakhir.
"Mereka ingin membuat kesepakatan dengan sangat buruk.. Itu bisa terjadi lebih cepat dari yang dna kira," kata Trump Rabu.
Sementara itu, China menyatakan tidak mengizinkan perusahaannya untuk tunduk pada pengawasan PCAOB karena aturan yang melarang penyimpanan, pemrosesan atau transfer materi apapun yang dianggap sebagai rahasia negara atau masalah keamanan nasional.
Manajer hedge fund A.Kyle Bass, mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan china harus patuh pada aturan AS jika mereka ingin menjual sahamnya kepada investor AS.
"AS harus mewajibkan sekuritas yang dijual di AS untuk mematuhi hukum efek di AS," tulis Bass di Twitter.