Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Minggu (7/9/2025) bahwa ia siap untuk beralih ke fase kedua sanksi terhadap Rusia.
Dengan kata lain, Trump akan segera meningkatkan sanksi terhadap Moskow atau pembeli minyaknya terkait perang di Ukraina.
Reuters melaporkan, Trump telah berulang kali mengancam Moskow dengan sanksi lebih lanjut, tetapi menahannya karena ia sedang mengupayakan perundingan damai.
Pernyataan terbaru Trump menunjukkan sikap yang semakin agresif. Akan tetapi, Trump tidak mengatakan bahwa ia berkomitmen pada keputusan tersebut atau apa yang mungkin terjadi pada fase kedua.
Ketika ditanya oleh seorang reporter di Gedung Putih apakah ia siap untuk beralih ke sanksi "fase kedua" terhadap Rusia, Trump menjawab, "Ya, saya siap." Sayangnya, ia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Trump merasa frustrasi dengan ketidakmampuannya untuk menghentikan pertempuran setelah awalnya ia memperkirakan akan dapat mengakhiri perang di Ukraina dengan cepat ketika ia menjabat pada bulan Januari.
Baca Juga: Trump Isyaratkan Langkah Diplomasi Baru dengan Eropa soal Rusia-Ukraina
Gedung Putih tidak segera menanggapi pertanyaan melalui surel pada hari Minggu (7/9/2025) yang meminta komentar tentang langkah-langkah yang sedang dipertimbangkan Trump.
Hal tersebut merupakan tindak lanjut dari komentar Trump pada hari Rabu yang membela tindakan yang telah diambilnya terhadap Rusia, termasuk mengenakan tarif hukuman terhadap ekspor India ke AS bulan lalu.
India adalah pembeli utama ekspor energi Rusia, sementara pembeli Barat telah mengurangi ekspor sebagai respons terhadap perang tersebut.
"Itu merugikan Rusia ratusan miliar dolar," kata Trump pada hari Rabu. "Anda menyebutnya tidak ada tindakan? Dan saya belum melakukan tahap kedua atau tahap ketiga."
Tonton: Rusia Bakal Bantu China Salip Amerika Serikat dalam Hal Tenaga Nuklir
Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan pada hari Minggu bahwa AS dan Uni Eropa dapat mengenakan tarif sekunder pada negara-negara yang membeli minyak Rusia.
Hal ini akan mendorong ekonomi Rusia ke ambang kehancuran dan menyeret Presiden Rusia Vladimir Putin ke meja perundingan.
Tiongkok adalah pembeli utama ekspor energi Rusia.