Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - CHICAGO/WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan kedelai akan menjadi salah satu isu utama ketika dirinya bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam empat pekan mendatang.
“Petani kedelai di negara kita dirugikan karena China, hanya karena alasan ‘negosiasi’, tidak membeli,” tulis Trump di media sosial Truth Social, Rabu (1/10).
Hingga kini, importir China belum membeli kedelai dari panen musim gugur AS, di tengah perang dagang yang masih berlangsung antara Washington dan Beijing.
Baca Juga: Bitcoin Menguat ke Level Tertinggi 2 Pekan Seiring Dimulainya Shutdown Pemerintah AS
Kondisi ini membuat petani AS kehilangan miliaran dolar dari potensi penjualan.
Musim gugur merupakan periode puncak pemasaran kedelai AS, karena petani baru saja memanen hasil ladang mereka.
Namun, alih-alih membeli dari AS, China sebagai importir kedelai terbesar dunia justru beralih ke pasokan dari Amerika Selatan. Hal ini menekan harga kedelai AS.
Senator John Hoeven dari North Dakota, Partai Republik, menyebut tidak ada tanda-tanda bahwa pembelian kedelai AS oleh China akan segera dimulai, merujuk pada hasil briefing dengan Duta Besar AS untuk China, David Perdue.
“Dia tidak memberi indikasi bahwa penjualan akan segera terjadi,” kata Hoeven.
“Diskusi lebih pada soal menjaga tekanan agar pembelian dilakukan, sambil memastikan dukungan bagi para petani kita.”
Baca Juga: Harga Kedelai Tembus di Bawah US$10/bushel Rabu (1/10), Jagung & Gandum Ikut Turun
Trump sendiri kembali menegaskan janjinya untuk menggunakan pendapatan dari tarif guna membantu petani AS.
Bulan lalu, Trump menyebut dirinya dan Xi telah sepakat dalam sebuah panggilan telepon untuk bertemu langsung di Korea Selatan pada akhir Oktober, di sela-sela forum APEC di Gyeongju.
Trump juga mengatakan akan berkunjung ke China awal tahun depan, sementara Xi akan dijadwalkan berkunjung ke AS di kemudian hari.
Upaya kedua negara untuk menurunkan ketegangan perdagangan menimbulkan ekspektasi bahwa China dapat mengarahkan kembali pembelian produk pertanian ke AS sebagai bagian dari kesepakatan dagang dengan Trump.
“Sekarang mereka membeli dari Amerika Selatan dan menggunakan itu untuk menekan kita dalam negosiasi,” kata Hoeven.
Sebagai catatan, pada 2020 Trump pernah menandatangani kesepakatan dagang dengan China yang mencakup janji pembelian produk pertanian AS bernilai puluhan miliar dolar, sekaligus membuka akses lebih luas bagi pasar pertanian AS di China.
Baca Juga: Panen Besar AS Turunkan Harga Kedelai, Argentina Siapkan Ekspor ke China
Namun, China tidak pernah memenuhi target pembelian tersebut, dan terus berupaya mendiversifikasi sumber pangannya.
Juru bicara Kedutaan Besar China di Washington Liu Pengyu menegaskan, kerja sama dagang China-AS pada dasarnya adalah hubungan saling menguntungkan.
“Kami berharap AS dapat bekerja sama dengan China untuk mengimplementasikan pemahaman penting yang dicapai para kepala negara dalam panggilan telepon mereka,” ujarnya.