Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga kedelai di Bursa Chicago kembali tertekan pada perdagangan Rabu (1/10/2025), turun untuk sesi ketiga berturut-turut dan menembus di bawah US$10 per bushel untuk pertama kalinya dalam tujuh pekan terakhir.
Pelemahan harga dipicu oleh lemahnya permintaan ekspor kedelai asal Amerika Serikat (AS) serta panen besar yang menambah pasokan global.
Kontrak kedelai paling aktif di Chicago Board of Trade (CBOT) terkoreksi 0,7% ke level US$9,95-1/4 per bushel pada pukul 02.23 GMT, level terendah sejak 12 Agustus 2025.
Baca Juga: Panen Besar AS Turunkan Harga Kedelai, Argentina Siapkan Ekspor ke China
Sejalan dengan itu, harga jagung juga turun 0,3% menjadi US$4,14-1/4 per bushel.
Sementara gandum melemah 0,3% ke posisi US$5,06-1/2 per bushel, yang merupakan level terendah sejak pertengahan Agustus.
Seorang trader minyak nabati di Singapura mengatakan, “Harga kedelai sedang menguji titik terendah dalam beberapa pekan terakhir. Kami tidak melihat pemulihan harga kedelai selama China masih absen dari pasar AS.”
Minimnya permintaan ekspor menjadi faktor utama yang membebani harga.
Perang dagang AS–China membuat eksportir kedelai AS kehilangan pangsa pasar, sementara pemasok dari Amerika Selatan semakin dominan.
Baca Juga: Harga Kedelai AS Melemah untuk Pekan Kedua Jumat (26/9), China Absen dari Pasar
Dari sisi stok, data Departemen Pertanian AS (USDA) menunjukkan persediaan jagung per 1 September 2025 mencapai 1,532 miliar bushel, lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar 1,337 miliar bushel.
Meski demikian, stok itu tercatat 13% lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, sebelum panen jagung musim gugur yang diproyeksikan mencetak rekor baru.
Untuk gandum, stok per 1 September mencapai 2,120 miliar bushel, naik dari 1,992 miliar bushel setahun lalu dan menjadi level tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Angka ini juga melampaui ekspektasi analis yang memperkirakan 2,043 miliar bushel.
Baca Juga: Tarif Jadi Penghalang, China Masih Ogah Pesan Kedelai dari Amerika Serikat
Dari sisi global, Argentina diproyeksikan memanen jagung dalam jumlah rekor pada musim 2025/2026.
Bursa Gandum Buenos Aires memperkirakan produksi jagung negeri tersebut mencapai 58 juta ton, menegaskan posisi Argentina sebagai eksportir jagung terbesar ketiga dunia.