Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Turki siap memberikan dukungan apapun kepada Azerbaijan dalam situasi di Nagorno-Karabakh, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada kantor berita Anadolu pada Rabu (30/9).
"Bantuan apa saja yang dibutuhkan Azerbaijan, kami siap (menyediakannya). Kami mengatakan, kami bersama-sama dengan Azerbaijan, baik di meja perundingan maupun di medan pertempuran. Itu bukan kata-kata kosong," tegasnya seperti dilansir kantor berita TASS.
"PBB sebelumnya mengadopsi sejumlah resolusi (tentang masalah Nagorno-Karabakh), tetapi Armenia mengabaikan hukum internasional yang menyatakan mereka tidak ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan cara diplomatik," ujarnya.
Menurut Cavusoglu, Azerbaijan "berperang di tanahnya sendiri, memerangi penjajah".
Baca Juga: Kian sengit, pertempuran pasukan Azerbaijan dan Armenia terus berlanjut
Situasi di Nagorno-Karabakh mulai membara pada 27 September, dengan bentrokan bersenjata yang memasuki hari keempat pada Rabu, 30 September. Darurat militer telah berlaku di Azerbaijan dan Armenia.
Mengutip Reuters, dalam letusan terbesar dari konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun sejak gencatan senjata 1994, pertempuran Azerbaijan dan Armenia telah menyebar jauh melampaui perbatasan di Nagorno-Karabakh.
Mungkin minta bantuan Rusia
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, yang berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (29/9), menyatakan, saat ini dia tidak mempertimbangkan untuk meminta bantuan berdasarkan perjanjian keamanan pasca-Soviet.
Tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk melakukannya. "Armenia akan memastikan keamanannya, dengan partisipasi dari Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO) atau tanpa itu," kata Pashinyan seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Pertempuran dengan Azerbaijan kian sengit, Armenia mungkin minta bantuan Rusia
Pashinyan mengatakan, dia dan Putin belum membahas kemungkinan intervensi militer Rusia dalam konflik Nagorno-Karabakh.
CSTO adalah aliansi militer yang ditandatangani pada 15 Mei 1992. Enam negara bekas Soviet—Rusia, Armenia, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, dan Uzbekistan—menandatangani traktat tersebut.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah yang memisahkan diri di dalam Azerbaijan, tetapi dijalankan oleh etnis Armenia dan mendapat dukungan dari Armenia.
Wilayah tersebut memisahkan diri dari Azerbaijan dalam perang pada tahun 1990-an, namun tidak diakui oleh negara mana pun sebagai republik merdeka.
Hanya, langkah apa pun untuk berperang habis-habisan dapat menyeret Rusia dan Turki, yang merupakan sekutu dekat Azerbaijan.