Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
ANKARA. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi area terparah yang diguncang gempa terkuat dalam satu dekade terakhir kemarin. Erdogan melakukan inspeksi kerusakan dengan pemerintah lokal setempat.
"Pemerintah akan membantu korban gempa dengan seluruh kekuatan yang kami miliki," jelas Menteri Kesehatan Turki Recep Akdag, yang juga kepala penanganan bencana di wilayah Van. Sayang, dia menolak berkomentar mengenai kerugian yang disebabkan oleh gempa tersebut. "Kami masih mengumpulkan informasi," tegasnya.
Pemerintah setempat mengungkapkan, dikhawatirkan ada sekitar 10.000 orang tewas tertimpa bagungan setelah gempa sebesar 7,2 skala richter terjadi. Paska gempa pertama, terjadi pula sejumlah gempa susulan dengan kekuatan 6 skala richter yang semakin meningkatkan ancaman bagi warga setempat.
Data resmi pemerintah menunjukkan, sekitar 4.000 rumah luluh lantak beserta gedung perkantoran dan apartemen. Siaran televisi pemerintah setempat melaporkan, 85 orang dikonfirmasi tewas. Sekitar 60 di antaranya ditemukan di timur kota Ercis. Sementara, pejabat Kandili Observartory and Earthquake Research Institute mengungkapkan, jumlah mereka yang tewas berkisar 500 hingga 1.000 orang.
Sekadar informasi, gempa berkekuatan hebat ini menghantam kota Van, yang terletak di perbatasan Iran pada pukul 01.41 waktu setempat. Setidaknya, ada 70 gempa susulan terjadi. Gempa ini merupakan terbesar yang pernah terjadi di provinsi ini sejak 1976 lalu dan merupakan gempa terparah sejak musibah gempa 1999 silam yang menewaskan lebih dari 17.000 jiwa.
"Normalnya, gempa terjadi sekitar 30-40 kilometer di bawah permukaan laut. Namun, gempat saat ini terjadi kurang dari 10 kilometer. Itu sebabnya, kerusakannya sangat besar," jelas Mustaffa erdik, head of Kandili observatory. Turki sebenarnya negara yang memang sangat rawan terhadap gempa bumi karena berada di garis patahan bumi.
Situasi di Turki saat ini masih sangat mengenaskan. Banyak orang yang mengais-ngais reruntuhan untuk menyelamatkan mereka yang tertimpa reruntuhan.
Sementara itu, sekitar 150 orang tahanan melarikan diri dari penjara Van akibat rubuhnya bangunan. Sekitar 50 orang di antaranya menyerahkan diri ke pihak berwenang.
Bantuan internasional
Presiden AS Barack Obama mengungkapkan belasungkawa atas kejadian tersebut. "AS akan terus membantu Turki untuk melalui masa sulit dan siap membantu," demikian pernyataan Gedung Putih melalui email.
Negara lain yang juga menawarkan bantuan antara lain Israel, Azerbaijan, AS, Inggris, Jerman, Polandia, Hungaria, dan Swiss. Namun, Reuters melaporkan, Turki menolak bantuan dari Israel.